ASET
Teori elemen statemen keuangan tidak terbatas pada
penlaran tentang definisi, tetapi meliputi pula penalaran tentang pengukuran,
penilaian, pengakun, penyajian, dan pengungkapan. Penalaran ini menjadi dasar
dalam pemilihan kebijakan baik pada tingkat perekayasaan maupun penetapan
standar.
Konsep kesatuaan usaha menegaskan bahwa perusahaan merupakan
entitas yang berdiri sendiri dan bertindak atas namanya sendiri dan perusahaan
menjadi fokus pelaporan. Jadi fungsi pengelolaan dan pemilikan terpisah
sehingga keduanya dipandang sebagai huubungan bisnis. Hubungan bisnis dapat
dipertahankan kalau aset yang dikelola manajemen selalu ditunjukkan asal atau
sumbernya.
Setelah badan usaha berdiri dan pemilik menanamkan dana
ke badan usaha, upaya badan usaha dalam mendatangkan pendapatan dilakukan
dengan menyediakan barang dan jasa yang melibatkan pemerolehan berbagai aset.
Aset merupakan elemen neraca yang akan membentuk
informasi semantik berupa posisi keuangan, jika dihubungkan dengan elemen yang
lain yaitu kewajiban dan ekuitas.
Pengertian
Menurut FASB aset adalah manfaat ekonomik masa datang
yang cukup pasti yang diperoleh atau dikuasai / dikendalikan oleh suatu entitas
sebagai akibat transaksi atau kejadian masa lalu.
Menurut APB dan ijiri medefinisi aset sebagai sumber
ekonomik karena adanya unsur kelangkaan sehingga suatu entitas harus
mengendalikannya dari akses pihak lain melalui transakasi ekonomik. APB juga
membedakan aset menjadi yang digolongkan sebagai sumber ekonomik sebagai
berikut :
- Sumber produktif
a)
Sumber
produkitf kesatuan usaha yang meliputi bahan baku, gedung, pabrik,
perlengkapan, sumber alam, paten dan semacamnya, jasa, dan sumber lain yang
digunakan dalam produksi barang dan jasa.
b)
Hak
kontraktual atas sumber produktif meliputi semua hak untuk menggunakan sumber
ekonomik pihak lain dan hak untuk mendapatkan barang atau jasa dari pihak lain.
- Produk yang merupakan keluaran kesatuan usaha terdiri atas :
a)
Barang jadi yang menunggu
penjualan
b)
Barang dalam proses
3. Uang
4. Klaim untuk
menerima uang
5. Hak pemilikan
atau investasi pada perusahaan lain.
Dengan berbagai perbedaan di atas, pada dasarnya dapat
disimpulkan bahwa terdapat tiga karakteristik utama yang harus dipenuhi agar
suatu objek atau pos dapat dapat disebut aset, yaitu :
- Manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti
- Dikuasai atau dikendalikan oleh entitas
- Timbul akibat transaksi masa lalu
Manfaat ekonomik
Untuk dapat disebut sebagai aset, suatu objek harus
mengandung manfaat ekonomik di masa datang yang cukup pasti. Uang atau kas
mempunyai manfaat atau potensi jasa karena apa yang dapat dia beli atau karena
daya tukarnya.
Sumber selain kas mempunyai manfaat ekonomik karena dapat
ditukarkan dengan kas, barang, ata jasa. Karena dapat digunakan untuk
memproduksi barang dan jasa, atau karena dapat digunakan untuk melunasi kewajiban.
FSAB mengajukan dua hal yang harus dipetimbangkan dalam
menilai apakah pada saat tertentu suatu pos atau objek masih dapat disebut
sebagai aset, yaitu :
- Apakah suatu pos yang dikuasai oleh suatu kesatuan usaha pada mulanya mengandung manfaat ekonomik masa datang.
- Apakah semua atau sebagian manfaat ekonomik tersebut masih tetap ada pada saat penilaian.
Dikuasai
oleh entitas
Untuk dapat disebut sebagai aset, suatu objek atau pos
tidak harus dimiliki oleh entitas tetapi cukup dikuasai oleh entitas. Bila
pemilikan menjaadi kriteria aset, maka akan banyak pos yang tidak msuk ebagai
aset sehingga tidak dapat dilaporkan dalam neraca. Dengan kata lain, pemilikan
sebagai kriteria akan mengakibatkan banyak pos dilaporkan di luar neraca. Oleh
karena itu konsep penguasaan lebih penting daripada konsep kepemilikan.
Most mengemukakan bahwa penguasaan atau kendali terhadap
suatu objek dapat diperoleh dengan cara :
1.
Pembelian
2.
Pemberian
3.
Penemuan
4.
Perjanjian
5.
Produksi /
transformasi
6.
Penjualan
7.
Lain – lain
eperti pertukaran, peminjaman, penjaminan, pengkonsignaan, dan berbagai
transaksi komersial yang diakui hukum atau kebiasaan bisnis.
Akibat
Transaksi atau Kejadian Masa Lalu
Aset harus timbul akibat transaksi atau kejadian masa
lalu, kriteria ini untuk memenuhi definisi tetapi bukan kriteria untuk
pengakuan. Jadi, manfaat ekonomik dan penguasan atau hak atas manfaat saja
tidak cukup untuk memasukkan suatu objek ke dalam aset kesatuan usaha untuk
dilaporkan melalui statemen keuangan.
FSAB memasukkan trnsksi atau kejdian sebagai kriteriaa
aset krena transaksi atau kejaadian tersebut dapat menambah atau mengurangi
aset. Aset atau nilainya dapat dipengaruhi oleh kejadian atau seluruhny di luar
kemmpun kesatuan usaha atau manajemennya untuk mengendalikan misalnya kenaikan
harga, perubahan tingkat bunga, pertumbuhan alamiah, penyusutan, pencurian,
huru – hara, kecelakaan, dan bencana alam. Berbagai transaksi, kejadian, atau
keadaan pada akhirnya akan memicu pengakuan atau penghapusan manfaat ekonomik
suatu objek.
Karakteristik
Pendukung
FSAB menyebutkan beberapa karakteristik pendukung yang
melibatkan kos, berwujud, tertukarkan, terpisahkan, dan berkekuatan hukum. Karakteristik
pendukung tersebut lebih menguatkan atau menyakinkan adanya aset tetapi tidak
adanya karakteristik pendukung tidak
menghalangi suatu objek untuk memenuhi syarat sebagai aset.
Melibatkan
kos
Pemerolehan aset pada umumnya melibatkan kos sebagai
penghargaan sepakatan. Jika kos terjadi karena pemerolehan suatu objek terjadi
akibat pertukaran atau pembelian, maka objek tersebut lebih kuat untuk masuk
sebagai aset.
Pengukuran
Pengukuran bukan kriteria untuk mendefinisi aset tetapi
merupakan kriteria pengakuan aset.
Sebagai aliran informasi, kos juga mengalami tiga
perlakuan akuntansi mengikuti aliran fisis, yaitu :
- pengukuran, pengakuan, dan klasifikasi pertama kali pada saat terjadinya. Untuk selanjutnya seluruh kegiatan dalam tahap ini disebut pengukuran saja.
- pencatatan berikutnya dalam rangka mengikuti aliran fisis aset berupa alokasi, distribusi, dan penggabungan untuk kepentingan internal / manajerial atau kepentingan pengkosan produk. Untuk selanjutnya seluruh kegiatan dalam tahap ini disebut penulusuran
- pembebanan ke pendapatan perioda berjalan atau perioda – perioda yang akan datang. Kos yang belum menjadi beban pendapatan (biaya) akan tetap melekat pada objek menjadi aset badan usaha. Untuk selanjutnya seluruh kegiatan dalam tahap ini disebut pembebanan ke pendapatan.
Hubungan
Kos, Aset, dan Biaya
Secara teknis Secara Konseptual
kos
|
kos
|
atau
kos
|
kos
|
kos
|
b. tahap pembebanan
aset biaya
Keterangan :
Jika suatu pengeluaran dicatat sebagai biaya, secara
konseptual dianggap bahwa kos objek bersangkutan dicatat sebagai aset dan
kemudin saat yang sama kos tersebut langsung dipindah ke biaya.
Jenis
penghargaan
Kos dalam
barter
Barter atau pertukaran aset merupakan pemerolehan aset
dengan penghargaan berupa aset berwujud atau non moneter lainnya.
Adapun prinsip – prinsip penentuan kos aset yang diterima
dalam barter atau pertukaran :
- pertukaran tak sejenis, tanpa pembayaran tombok
Aset yang diterima dicatat
sebesar nilai wajar / pasar aset yang diserahkan atau nilai wajar aset yang
diterima, mana yang lebih mudah atau jlas ditentukan. Untung atau rugi yang
timbul diakui pada saat pertukaran
- pertukaran tak sejenis, dengan pembayaran tombok
Aset yang diterima dicatat
sebesar nilai pasar aset yang diserahkan ditambah tombok atau nilai wajar /
pasar aset yang diterima. Dalam hal ini, nilai pasar aset yang diserahkan
menunjukkan kas yang akan diterima seandainya aset tersebut dijual. Untung atau
rugi yang timbul diakui pada saat pertukaran.
- pertukaran sejenis, tanpa pembayaran tombok
Aset yang diterima dicatat
sebesar nilai buku atau nilai pasar aset yang diserahkan, mana yang lebih rendah.
Ini berarti bahwa kalau terjadi untung maka untung tidak diakui dan sebaliknya
kalau terjadi rugi, rugi tersebut diakui pada saat transaksi.
- pertukaran sejenis, dengan pembayaran tombok
Aset yang diterima dicatat
sebesar nilai buku aset yang diserahkan ditambah tombok atau nilai pasar aset
yang diserahkan ditambah tombok mana yang lebih rendah. Ini juga berarti bahwa
kalau terjadi untung maka untung tidak diakui dan sebaliknya kalau terjadi
rugi, rugi tersebut diakui pada saat transaksi.
- pertukaran sejenis, dengan penerimaan tombok
Jika terjadi rugi : aset yang diterima dicatat sebesar harga pasar aset yang
diserahkan dikurangi kas yang diterima. Ini berarti rugi yang terjadi diakui
semua pada saat terjadinya transaksi.
Jika terjadi untung : aset yang diterima dicatat sebesar nilai buku aset yang
diserahkan dikurangi porsi nilai buku aset yang diserahkan yang dianggap
dijual. Atau, nilai psar / wajar aset yang diserahkan dikurangi untung
tangguhan.
Saham
sebagai penghargaan
Saham sebagai penghargaan merupakan salah atau bentuk
pemerolehan aset dengan barter. Dalam beberapa hal, jumlah setara saham dapat
dicari dengan membandingkan harga tunai jenis saham yang sama untuk memperoleh
dana tunai (kas) yang diterbitkan kira – kira bersamaan dengan penyerahan saham
untuk memperoleh aset bersangkutan.
Kos dalam
reorganisasi
Jika suatu perusahaan sudah berjalan atau beroperasi
cukup lama kemudian mengalami reorganisasi, perusahaan tersebut biasanya tidak mempunyai
data kos yang memadai untuk menentukan kos aset yang dikuasainya. Karena tujuan
reorganisasi biasanya adalah menentukan nilai perusahaan pada saat tersebut.
Hadiah atau
hibah
Dalam hal ini, kita ambil contoh suatu perusahaan
memperoleh gedung beserta tanahnya melalui sumbangan atau hibah. Perolehan ini
tetap dicatat sebagai aset tanpa kos. Karena setiap fasilitas atau faktor
ekonomik yang digunakan dalam operasi perusahaan, tanpa memandang asalnya, harus
diperlakukan dengan saksama sebagai potensi jasa.
Tujuan
Penilaian Aset
Karena aset merupakan elemen pembentuk posisi keuangan
sebagai informasi semantik bagi investor dan kreditor, maka tujuan penilaian aset
harus bepaut dengan tujuan pelaporan keuangan.
Tujuan dari penilaian aset adalah merepresentasikan
atribut pos – pos aset yang berpaut dengan tujuan pelaporan keuangan dengan
menggunakan basis penilaian yang sesuai.
Konsep dan
Basis Penilaian
Nilai Pertukaran Sebagai Basis Penilaian
Nilai Pertukaran
Objektifitas Penilaian dan
Relevansi Aliran Kas
Terterapkan bila tidak tersedia perolehan penjualan Terterapkan bila tersedia bukti bukti
nilai keluaran yang bukti nilai keluaran yang terandalkan
sebagai indikasi
terandalkan sebagai indikasi
penerimaan kas masa datang penerimaan kas masa datang
aset
|
atribut
|
aliran fisis/jasa aliran kas
Konsep nilai masukan dan keluaran
sebenarnya berkaitan dengan konsep kesatuan usaha yang dianggap mengusai sumber
ekonomik (aset) dan harus mempertanggungjawabkan asset tersebut.
Nilai
Masukan ( input )
Nilai
masukan didasarkan atas jumlah rupiah yang harus dikeluarkan atau dikorbankan
untuk memperoleh aset atau objek jasa tertentu yang masuk dalam unit usaha.
Nilai
Keluaran ( output )
Nilai
keluaran didasarkan atas jumlah rupiah kas atau penghargaan lainnya yang
diterima suatu unit usaha apabila suatu aset atau potensi jasa akhirnya keluar
dari kesatuan usaha melalui pertukaran atau konversi.
Nilai
Terealisasi Harapan
Secara
semantik, nilai terealisasi harapan suatu aset adalah penerimaan kas tau
potensi jasa masa datang yang jumlah dan waktunya cukup pasti.
Dalam
penilaian ini lebih bermanfaat dan valid untuk menilai investasi tunggal atau
perusahaan secara keseluruhan dari sudut pandang invstor. Untuk
penilaian aset secra individual , dasar penilaian ini mengandung beberapa
kelemahan yaitu :
- Kalau tidak ada pasar untuk asset bersangkutan, penentuan aliran kas masa datang bersifat subjektif sehingga sulit diversifikasi
- Pemilihan tarif yang cukup representtif untuk merefleksi risiko tiap set sangat problematik. Jika tarif tersebut dapat ditentukan, hasil pengukuran sulit diinterpretasi maknanya oleh pembaca statemen keuangan.
- Aliran kas ke perusahaan dihasilkan oleh seluruh perusahaan dihasilkan oleh seluruh aset sebagai satu kesatuan dalam menghasilkan produk yang akhirnya dijul untuk mendatangkan kas.
- Memperkuat 3 alasan di atas, beberapa asset memang tidak terpisahkan sehingga nilai sekarang seluruh asset tidak akan sama dengan penjumlahan semua kas masa datang diskunan tiap pos asset.
Penilaian Menurut FSAB
Bila dikaitkan dengan asset, dasar
penilaian FSAB sebagai berikut :
- Historical cost. Tanah, gedung, perlengkapan pabrik, dan kebanyakan sediaan dilaporkan atas dasar kos historisnya yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang dikorbankan untuk memperolehnya. Kos histories ini tentunya disesuaikan dengan jumlah bagian yang telah didepresiasi atau di ammortisasi.
- Current cost. Beberapa sediaan disajikan sebesar nilai sekarang atau penggantinya yaitu jumlah rupiah kos atau setaraya yag harus dikorbankan jika asset tertentu yang sejenis diperoleh sekarang.
- Current market value. Beberapa jenis investasi dalam surat berharga disajikan atas dasar nilai pasar selain yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang dapat diperoleh kesatuan usaha dengan menjual asset tersebut dalam kondisi perusahaan yang normal.
- Net relizable value. Beberapa jenis piutang jangka pendek dan sediaan barang disajikan nilai terealisasi bersih yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang akan diterima dari asset tersebut dikurangi dengan pengorbanan yang diperlukan untuk mengkonversi asset tersebut menjadi kas atau setaranya.
- Present value of future cash flows. Piutang dan investasi jangka panjang disajikan sebesar nilai sekarang penerima kas di masa mendatang sampai piutang terlunasi dikurangi dengan tambahan kos yang mungkin diperlukan untuk mendapatkan penerimaan tersebut.
Pengakuan
Pengakuan dan penyajian asset biasanya
ditentukan dalam standar akuntansi yang mengatur tiap pos asset. Masalah akuntansi
menyangkut pengakuan biasanya berkaitan dengan masalah apakah suatu kos /
jumlah rupiah terlibat dalam transaksi, kejadian, atau keadaan tertentu dapat
diasetkan.
BAB 7 TEORI AKUNTANSI
KEWAJIBAN
Kewajiban
mempunyai tiga karakteristik utama yaitu :
a.
Pengorbanan
manfaat ekonomik masa datang
Untuk dapat
disebut disebut sebagai kewajiban, suatu objek harus memuat suatu tugas atau
tanggung jawab kepada pihak lain yang mengharuskan kesatuan usaha untuk
melunasi, menunaikan, atau melaksanakannya dengan cara mengorbankan manfaat
ekonomik yang cukup pasti di masa datang.
b.
Menjadi keharusan
sekarang untuk mentransfer aset
Selanjutnya untuk dapat
disebut sebagai kewajiban, suatu pengorbanan ekonomik masa datang harus timbul
akibat keharusan sekarang.
Pengertian
”sekarang” dalam hal ini mengacu pada dua hal : waktu dan adanya. Waktu yang
dimaksud adalah tanggal pelaporan ( neraca ).
Keharusan
terdiri dari :
v
Keharusan
kontraktual : keharusan yang timbul akibat perjanjian atau peraturan hukum yang
di dalamnya kewajiban bagi suatu kesatuan usaha dinyatakan secara eksplisit
ataau implisit dan mengikat.
v
Keharusan
konstruktif : keharusan yang timbul akibat kebijakan kesatuan usaha dalam
rangka menjalankan dan memajukan usahanya memenuhi apa yang disebut praktik usaha
yang baik atau etika bisnis dan bukan untuk memenuhi kewajiban yuridis.
v
Keharusan
demi keadilan : keharusan yang ada sekarang yang menimbulkan kewajiban bagi
perusahaan semata – mata krena panggilan etis atau moral dari pada karena
peraturan hukum atau praktik bisnis yang sehat.
v
Keharusn
bergntung atau bersyraat : keharusan yang pemenuhnnya tidak pasti karena bergantung
pada kejadian masa datang atau terpenuhinya syarat – syarat tertentu di masa
datang.
c.
Timbul
akibat transaksi masa lalu
Transaksi masa
lalu yang dimaksud di sini adalah transaksi yang menimbulkan keharusan sekarang
telah terjadi.
Hak
Kewajiban Tak Bersyarat
Konsep
ini menyatakan bahwa walaupun kontrak telah ditanda tangani, salah satu pihak
tidak mempunyai kewajiban apapun sebelum pihak lain memenuhi apa yang menjadi
hak pihak lain. Jadi, konsep hak – kewajiban tak bersyarat menyatakan ”secara
teknis, konsep ini diartikan bahwa hak atau kewajiban timbul bila salah satu
pihak telah berbuat sesuatu”. Kontrak – kontrak semacam ini dikenal dengan nama
kontrak saling mengimbangi tak bersyarat atau kontrak eksekutori .
Secara
konseptual, diperlukan pedoman atau kriteria untuk memilih saat yang tepat.
Most, mengemukakan hal yang harus dipertimbangkan untuk memilih saat yang tepat
yaitu :
- Pemenuhan definisi aset dan kewajiban
- Kekuatan mengikat yaitu seberapa kuat bahwa pelaksanaan kontrak tidak dapat dibatalkan
- Kebermanfaatan bagi keputusan
Karakteristik
Pendukung
FASB
menyebutkan beberapa karakteristik pendukung selain karakteristik yang tersebut
di atas, yaitu :
- Keharusan membayar kas
Pelunasan
kewajiban pada umumnya dilakukan dengan pembayaran kas. Keharusan membayar kas
pada waktu dan jumlah rupiah tertentu di masa datang merupakan petunjuk yang
kuat atau jelas mengenai adanya kewajiban. Akan tetapi, untuk menjadi kewajiban, penyerahan aset ( kas
) bukan satu – satunya kriteria tetapi meliputi pula penyerahan jasa. Esensi
kewajiban lebih terletak pada pengorbanan manfaat ekonomik masa datang dari
pada terjadinya pengeluaran kas.
- Identitas terbayar jelas
Jika
identitas terbayar sudah jelas, maka hal tersebut hanya sekedar menguatkan
bahwa kewajiban memang ada tetapi untuk menjadi kewajiban identitas terbayar
tidak harus dapat ditentukan pada saat keharusan terjadi.
Jadi yang penting adalah bahwa keharusan sekarang
pengorbanan sumber ekonomik di masa datang telah ada dan bukan siapa yang harus
dilunasi atau dibayar.
- Berkekuatan hukum
Memang ada pada umumnya, keharusan suatu entitas untuk
mengorbankan manfaat ekonomik timbul akibat klaims yuridis yang mempunyai
kekuatan memaksa. Definisi kewajiban sebenarnya merupakan
bayangan cermin aset
Pengakuan, Pengukuran, dan
Penilaian
Jika aset yang direpresentasi
oleh kos mengalami tiga tahap perlakuan (pemerolehan, pengolahan, dan
penyerahan), maka kewajiban sebenarnya juga mengalami tiga tahap perlakuan, yaitu
:
- pengakuan
Pada
prinsipnya, kewajiban diakui pada saat keharusan telah mengikat akibat transaksi
yang sebelumnya telah terjadi. Mengikatnya suatu keharusan harus di evaluasi
atas dasar kaidah pengakuan.
Kam mengajukan empat kaidah pengakuan untuk menandai
pengakuan kewajiban, yaitu :
- ketersediaan dasar hukum
Kaidah ini terkait dengan kualitas keterandalan dan
keberpautan informasi. Ketersediaan dasar hukum yang menimbulkan daya paksa hanya
merupakan karakteristik pendukung definisi kewajiban tadi. Jadi, kaidah ini tidak
mutlak sehingga kewajiban juga dapat diakui bila terdapat bukti substantif hanya
keharusan konstruktif atau demi kedilan.
- keterterapan konsep dasar konservatisma
Kaidah ini merupakan penjabaran teknis kriteria
keterandalan. Implikasi dianutnya konsep konservatisma adalah rugi dapat segera
diakui tetapi tidak demikian dengan untung. Ini berarti kewajiban dapat diakui
segera sedangkan aset tidak.
- ketertentuan substansi ekonomik transaksi
Substansi
suatu transaksi dapat memicu pencatatan seluruh kewajiban yang timbul ketika transaksi
terjadi meskipun secara yuridis/kontraktual kewajiban baru akan mengikat secara
berkala pada saat keharusan sekarang timbul. Dalam hal ini, kewajiban dapat atau
bahkan harus diakui jika secara substantif sewaguna tersebut sebenarnya adalah
pembelian angsuran.
- keterukuran nilai kewajiban
Keterukuran merupakan salah satu syarat untuk mencapai
kualitas keterandalan informasi. Oleh karena itu, adanya kepastian mengenai
jumlah rupiah dapat memicu diakuinya suatu kewajiban. Jika pengukuran suatu pos
kewajiban bersifat sangat subjektif dan arbitrer, pada umumnya pos tersebut
tidak diakui.
Yang menjadi masalah teknis adalah kapan keempat kaidah
di atas dipenuhi. Hal ini berkaitan dengan penentuan saat pengakuan kewajiban.
Hendriksen dan Van Breda menunjukkan saat – saat untuk mengakui kewajiban yaitu
:
- Pada saat penandatanganan kontrak bila pada saat itu hak dan kewajiban telah mengikat. Dalam hak kontrak eksekutori, pengakuan menunggu sampai salah satu pihak memanfaatkan / menguasai manfaat yang diperjanjikan atau memenuhi kewajibannya.
- Bersamaan dengan pengakuan biaya jika barang dan jasa yang menjadi biaya belum dicatat sebagai aset sebelumnya.
- Bersamaan dengan pengakuan aset. Kewajiban timbul ketika hak untuk menggunakan barang dan jasa diperoleh.
- Pada akhir perioda karena penggunaan asas akrual melalui proses penyesuaian. Pengakuan ini menimbulkan pos utang atau kewajiban akruan.
Keempat kaidah tersebut di atas sebagai bukti teknis dan
ketentuan saat pencatatan pada umumnya mudah diidentifikasi dan diterapkan
untuk keharusan kontraktual, konstruktif, dan demi keadilan.
Pengakuan
Kewajiban Bergantung
Untuk
keharusan bergantung ( khususnya rugi bergantung yang menimbulkan kewajiban ),
kaidah pengakuan keempat ( keterukuran nilai kewajiban ) dan pasti tidknya
pengorbann sumber ekonomik masa datang kan terjadi menimbulkan msalah
pengakuan. Oleh karena itu, diperlukn ketentuan yang lebih tegas untuk mengakui
kewajiban yang berkaitan dengan rugi bergntung. FSAB memberi contoh keadaan –
keadaan kebergantungan rugi yang
berpotensi memicu pengakuan kewjiban sebagai berikut :
-
Ketertagihan
piutang usaha
-
Keharusan
berkaitan dengan jaminan produk dan kerusakan produk
-
Risiko rugi
atau kerusakan properitas ( fasilitas ) kesatuan usaha akibat kebakaran,
ledakan, dan bahaya lainnya.
-
Ancaman
penambilan set oleh pemerintah
-
Persengketaan
yang memberatkan atau menunggu keputusan
-
Klaim atau
pungutan yang telah diajukan / dikenakan atau yang mungkin (
possible ) terjadi
-
Risiko rugi
akibat bencana yang ditanggung oleh perusahaan asurnsi kerugian dan kecelakaan
dan perusahaan reasuransi
-
Jaminan bank komersial dalam
ikatan standby letters of credit
-
Perjanjian untuk membeli kembali
piutang atau asset yang terkait yang telah dijual
Pengukuran
Pengukur yang paling objektif
untuk menentukan kos kewajiban pada saat terjadinya adalah penghargaan
sepakatan dalam transaksi – transaksi tersebut dan bukan jumlah rupiah
pengorbanan ekonomik masa datang. Jadi, konsep dasar penghargaan berlaku baik
untuk aset mupun untuk kewajiban. Hal ini berlaku khususnya untuk kewajiban
jangka panjang.
Untuk kewajiban jangka pendek,
kos penundaan dianggap tidak cukup material sehingga jumlah rupiah kewajban
yang dak akan sama dngan jmlah ngbana smb knmk ( kas ) masa datang.
- penilaian
Jika pengukuran mengacu pada penentuan nilai keharusan
sekarang pada saat terjadinya, penilaian mengacu pada penentuan nilai keharusan
sekarang pada setiap saat terjadinya kewajiban sampai dilunasinya kewajiban.
Makin mendekati saat jatuh tempo, nilai kewajiban akan makin mendekati nilai
nominal.
Jadi, penilaian kewajiban pada saat tertentu adalah penentuan
jumlah rupiah yang harus dikorbankan seandainya pada saat tersebut kewajiban harus
dilunasi.
- pelunasan
Dasar
atau Atribut Penilaian Kewajiban
Basis
(atribut) Penilaian
|
Keterangan
|
Contoh
Pos Yang Berpaut
|
Harga
pasar sekarang
Nilai
pelunasan neto
Nilai diskunan aliran kas masa datang
|
Berbagai
kewajiban yang melibatkan komoditas dan surat – surat berharga.
Berbagai
kewajiban yang melibatkan jumlah rupiah yang cukup pasti tetap waktu
pelunasannya tidak cukup pasti.
Kewajiban moneter jangka panjang jumlah rupiah maupun
saat pembayaran cukup pasti.
|
Kewajiban penerbit opsi sebelum jangka opsi habis dan
beberapa kewajiban pedagang efek.
Utang
usaha, utang garansi, dan utang wesel jangka pendek.
Utang
obligasi, dan utang wesel jangka panjang.
|
BAB 8 TEORI AKUNTANSI
PENDAPATAN
Definisi
Pendapatan dapat di definisi dari beberapa konsep, antara
lain :
a.
Konsep
aliran musik, pendapatan merupakan aset
b.
Konsep
aliran keluar, pendapatan adalah penyerahan produk yang diukur atas dasar
penghargaaan produk tersebut.
c.
Secara
netral, pendapatan merupakan produk perusahaan sebagai hasil dari upaya
produktif. Pendapatan diukur dengan jumlah rupiah aset baru yang diterima dari
pelanggan.
Dari beberapa definisi di atas, dapat didaftar karakteristik
– karakteristik yang membentuk pengertian pendapatan dan untung. Yang membentuk
pengertian pendapatan adalah :
- Aliran masuk atau kenaikan aset
- Kegiatan yang merepresentasi operasi utama atau sentral yang menerus
- Pelunasan, penurunan, atau pengurangan kewjibn
- Suatu entitas
- Produk perusahaan
- Pertukaran produk
- Menyandang beberapa nama atau mengambil beberapa bentuk
- Mengakibatkan kenaikan ekuitas
Kenaikan Aset
Untuk
dapat mengatakan bahwa pendapatan ada atau timbul, harus terjadi transaksi atau
kejadian yang menaikkan aset atau menimbulkan aliran masuk aset. Tidak ada batasan bahwa aset harus berupa kas atau alat
likuid yang lain.
Paton dan litleton menyebutkan bahwa aset dapat bertambah
karena berbagai transaksi, kejadian, atau keadaan sebagai berikut :
- Transaksi pendanaan yang berasal dari kreditor dan investor
- Laba yang berasal dari kegiatan investasi
- Hadiah, donasi, atau temuan
- Revalusi aset yang telah ada
- Penyediaan dan / atau penyerahan produk ( barang dan jasa )
FSAB
mengisyaratkan jumlah kotor dengan menyatakan bahwa pendapatan adalah jumlah
rupiah yang datang dari penyerahan produk atau pelaksanaan jasa.
Operasi
Utama Berlanjut
Pengertian operasi utama dalamm hal ini lebih dikaitkan
dengan tujuan utama perusahaan yaitu menghasilkan produk / jasa untuk mendatangkan
laba dan bukan untuk membatasi jenis produk utama dan produk samping.
Berbagai
Bentuk dan Nama
Untung
Seperti pendapatan, kata – kata kunci yang melekat pada
pengertian untung adalah :
- kenaikan ekuitas ( aset bersih )
- transaksi periferal atau insidental
- selain yang berupa pendapatan atau investasi oleh pemilik
FSAB merinci lebih lanjut transaksi, kejadian, atau
keadaan yang menimbulkan untung menjadi empat sumber atau karakteristik yaitu :
- periferal dan insidental
- transfer nontimbal – balik
- penahana aset
- faktor lingkungan
Pengakuan
Pendapatan
Pengakuan merupakan pencatatan jumlah rupiah secara resmi
ke dalam sistem akuntansi sehingga jumlah tersebut terefleksi dalam statemen
keuangan. Pengertian pendapatan harus dipisahkan dengan pengakuan pendapatan bahkan
pengertian pendapatan sebenarnya juga harus dipisahkan dengan pengukuran pendapatan.
Dengan demikian, suatu jumlah yang memenuhi definisi pendapatan tidak dengan
sendirinya jumlah tersebut diakui ( dicatat secara resmi ) sebagai pendapatan.
Pengakuan pendpatan tidak boleh menyimpang dari landasan
konsptual. Oleh karena itu, secara konseptual pendapatan hanya dapat diakui jika
memenuhi kualitas terukuran dan keterandalan.
Pembentukan
Pendapatan
Konsep pembentukan pendapatan menyatakan bahwa pendapatan
terbentuk, terhimpun, atau terhak bersamaan dengan dan melekat pada seluruh
atau totalitas proses berlangsungnya operasi perusahaan dan bukan sebagai hasil
transaksi tertentu.
Operasi perusahaan meliputi kegiatan produksi, penjualan,
dan pengumpulan piutang. Konsep pembentukan ini sering disebut pendekatan
proses pembentukan pendapatan atau pendekatan kegiatan. Pendekatan ini
dilandasi oleh konsep dasar upaya dan hasil / capaian serta kontinuitas usaha.
Realisasi
Pendapatan
Dengan konsep realisasi, pendapatan baru dapat dikatakan
terjadi atau terbentuk pada saat terjadi kesepakatan atau kontrak dengan pihak
independen ( pembeli ) untuk membayar produk baik produk telah selesai dan
diserahkan atau maupun belum dibuat sama sekali.
Berdasarkan konsep, pendapatan sebenarnya terjadi akibat
transaksi tertentu yaitu transaksi penjualan atau kontrak sehingga sebelum transaksi
atau kontrak tersebut terjadi pendapatan belum terjadi atau terbentuk.
Konsep realisasi atau pendekatan transaksi lebih
menekankan kejadian yang dapat menandai pengakuan pendapatan yaitu :
- kepastian perubahan produk menjadi potensi jasa lain melalui proses penjualan yang sah atau semacamnya ( misalnya kontrak penjualan ).
- penguatan atau validasi transaksi penjualan tersebut dengan diperolehnya aset lancar ( kas, setara kas, atau piutang ).
Kriteria
Pengakuan Pendapatan
Pendapatan baru dapat diakui setelah suatu produk selesai
diproduksi dan penjualan benar – benar telah terjadi yang ditandai dengan
penyerahan barang,
FASB mengajukan dua kriteria pengakuan pendapatan ( dan
untung ) dan harus dipenuhi, yaitu :
- terealisasi atau cukup pasti terealisasi
- terbentuk / terhak
Terbentuknya pendapatan tidak harus selalu mendahului realisasi
pendapatan; dapat terjadi, pendapatan terealisasi sebelum terbentuk. Kam
mengemukakan kriteria pengakuan secara lebih teknis. Pendapatan baru dapat
diakui jika dipenuhi syarat – syarat berikut :
- kerukuran nilai aset
- adanya suatu tnasaksi
Bab 9
Biaya
Pengertian biaya idak dapat
dipisahkan dengan pengertian kos dan asset dan juga rugi. Embahasan tersebut
hanya menyebutkan bahwa bila kos tidak memenuhi definisi asset(dapat
ditangguhkan pembebanannya terhadap pendapatannya). APB selanjutnya bahwa
seperti pendapatan, biaya timbul hanya dalam kaitannya dengan kegiatan
penciptaan laba yang mengakibatkan perubahan ekuitas., dilain pihak, timbulnya
kewajiban untuk pembelian asset bukan merupakan biaya karena ekuitas tidak
dapat berubah pada saat pembelian tersebut.
Untuk dapat mengatakan bahwa biaya
timbul harus terjadi transaksi atau kejadian yang menurunkan asset atau
meimbulkan aliran keluar asset atau sumber ekonomik. Asset dalam hal ini harus
diartikan sebagai sumber semua asset perusahaan sebagai satu kesatuan. Dengan
demikian, konsumsi atau pemakaian asset atau manfaat ekonomik harus diartikan
bahwa manfaat ekonomik asset telah habis karena melekat pada barang atau jasa
yang telah diserahkan dari kesatuan usaha sehingga kesatuan usaha tidak
menguasai lagi manfaat tersebut.
Tidak semua penurunan atau konsumsi
asset membentuk biaya. Yang dimaksud dengan kegiatan utama adalah kegiatan penciptaan pendapatran yang
direpresentasi dalam kegiatan memproduksi/mengirim barang atau
menyerahkan/melaksanakan jasa. Semua badan autoritatif mendefinisi biaya tidak
hanya dari sudut penurunan asset tetapi juga dari kenaikan kewajiban. Alasanya
adalah agar makna biaya cukup luas untuk mencapai pula pos-pos yang timbul
dalam penyesuaian akhir tahun. Gagasan Kam justru relevan untuk mendukung
pendefinisian biaya sebagai kenaikan kewajiban. Bila barang dan jasa telah
dimanfatkan oleh perusahaan tetapi perusahaan tidak mengakuinya sebagai asset
sebelumnya atau perusahaan belum mengakui kewajiban atas penggunaan barang dan
jasa yang dikuasai pihak lain. Definisi APB dan IAI secara explisitr
menyebutkan bahwa penurunan asset akhirnya akan mengubah ekuitas atau
menurunkan ekuitas. Pendefinisin ini sebenarnya menegaskan bahwa akuntansi
menganut konsep kesatuan usaha sehingga ekuitas secara konseptual adalah utang
perusahaan kepada pemilik. Walaupun demikian penurunan kuitas lebih menegaskan
pengertian biaya karena tidak setiap penurunan asset mengakibatkan penurunan ekuitas.
Pendefinisian biaya oleh FASB sebagai aliran keluar asset atau pemanfaatan
asset tidak secara tegas membatasi apakah aliran atau pemanfaatan tersebut
bersifat fisis atau moneter. Secara semantic biaya seharusnya didefinisi sebgai
perubahan atau penurunan nilai sehingga timbulnya biaya harus merupakan
kejadian moneter. Oleh karena itu definisi APB, IAI dan sumber lainnya
memasukkan pengukuran secara moneter penurunan tersebut. Definisi Kam dilandasi
oleh pemikiran bahwa biaya merupakan kejadian moneter yaitu perubahan nilai
asset, kewajiban, atau ekuitas. Niali ini diukur dengan kos barang dan jasa
yang dapat dikuasai dan dimanfaatkan kesatuan usaha melalui penyerahan asset,
penimbulan kewajiban, dan peningkatan ekuitas. Keunggulan defini kam disbanding
FASB adalah emasukkan periode sekarang sebagai wadah atau takaran untuk
menghubungkan pendapatan dengan biaya. Untuk dapat disebut sebagai biaya,
pemanfaatan barang dan jasa harus dikaitkan dengan periode khususnya periode
untuk menakar pendapatan. Dengan demikian konsep penandingan secara jelas
terkandung dalam definisi biaya oleh Kam. Defnisi FASB sama sekali tidak
menunjukkan secara explicit asosiasi antara pendapatan dan biaya. FASB
memfokuskan pengertian biaya hanya untuk penurunan asset yang berkaitan dengan
operasi utama atau sentral. Namun tidak berarti bahwa penurunan asset yang
tidak berkaitan dengan operasi utama lalu diklasifikasi menjadi non operasi.
Sebagai lawan makna untung, kata-kata kunci yang melekat pada pengertian rugi
adalah:
a. Penurunan akuitas
b. Transaksi peripheral atau incidental
c. Selain apa yang didefinisi sebagai biaya atau
selain distribusi ke pemilik.
Rugi perlu didefinisi sebagai elemn
dan dibedakan dengan biaya oleh FASB karena sifat terjadinya sebagaimana
disebut dalam karakteristik. Untuk disebut rugi, kejadian yang menimbulkan
harus peripheral atau insedential atau diluar kendali manajemen.
Empat
sumber rugi yang diidentifikasi FASB adalah
a. Peripheral dan incidental
b. Transfer nontimbal-balik
c. Penahanan asset
d. Factor lingkungan
Kos yang telah dikorbankan tetapi
tidak ada imbalan barang atau jasa yang diterima tidak dapat dianggap sebagai
rugi begitu saja. Mungkin dari kondisi lingkungan tertentu kos tersebut dapat
dianggap rugi, tetapi tidaklah demikian kalau dipandang dari sudut kondisi
perusahan dalam lingkungan ekonomi dan social yang lain tempat perusahaan
beroperasi. Pengakuan biaya tidak dibedakan dengan pengakuan rugi. Pengakuan
menyangkut masalah criteria pengakuan pengakuan yaitu apa yang harus dipenuhi
agar penurunan nilai asset yang memenuhi deinisi biaya atau rugi dapat diakui
dan masalah saat pengakuan yaitu peristiwa atau kejadian apa yang menandai
bahwa criteria pengakuan telah dipenuhi. Biaya atau rugi bila telah menjadi
nyata atau jelas bahwa manfaat ekonomik masa dating suatu asset yang telah
diakui sebelumnya telah berkurang atau lenyap atau bahwa kewajiban timbul atau
bertambah tanpa adanya manfaat. Kaidah pengakuan diatas sebenarnya dilandasi
oleh basis asosiasi yang oleh APB disebut sebagai prinsip pengakuan biaya
pervasive atau luas.
Hal
ini dinyatakan oleh APB sebagai berikut:
a. Mengasosiasi sebab dan akibat
b. Alokasi sistematik dan rasional
c. Pengakuan segera
Beberapa sumber mendefinisikan
biaya dalam kaitanya dengan pengertian kos karena memang biaya tidak dapat dipisahkan
dengan kos. Perlu ditegaskan kembali bahwa kos adalah pengukur biaya atau biaya
direpresentasi dengan kos sehingga secara teknis dan praktis biaya sering
disebut kos saja.
BAB 10
LABA (INCOME)
Makna Income dalam perpajakan adalah sebagai jumlah kotor
sehingga diterjemahkan sebagai penghasilan sebagaimana digunakan dalam Standart
Akuntansi Keuangan, sedangkan dalam Akuntansi istilah income adalah dimaknai
sebagai jumlah bersih sehingga istilah laba lebih menggambarkan apa yang
dimaksud dengan income. Dan lebih menunjuk pada konsep FASB.
Tujuan Pelaporan Laba
Adalah laba yang merupakan selisih pengukuran pendapatan
dan biaya secara akrual. Pendefisitan laba adalah sebagai pengukur kembalian
atas investasi dari pada sekedar perubahan kas.
Tujuan pelaporan laba diharapkan dapat digunakan antara lain :
- Indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang diwujudkan dalam tingkat kembalian atas investasi
- Pengukur prestasi atau kinerja badan usaha dan manajemen
- Dasar penentuan besarnya pengenaan pajak
- Alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomik suatu negara
- Dasar penentuan dan penilaian kelayakan tarif dalam perusahaan publik
- Alat pengendalian terhadap debitor dalam kontrak utang
- Dasar kompensasi dan pembagian bonus
- Alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan
- Dasar pembagian dividen
Konsep Laba Konvensial
Laba akuntansi mempunyai
beberapa kelemahan :
- belum di definisi secara semantik dan jelas sehingga laba tersebut secara intuitif dan ekonomik bermakna
- Penyajian dan pengukuran laba masih difokuskan pada pemegang saham biasa residual
- Prinsip akuntansi berterima umum sebagai pedoman pengukuran laba masih memberi peluang untuk terjadinya ketatakuasaan antar perusahaan
- Karena didasarkan pada konsep kos historis, laba akuntansi secara umum belum memperhitungkan pengaruh perubahan daya beli dan harga
- Dalam menilai kinerja perusahaan secara keseluruhan, investor dan kreditor memandang informasi selain laba akuntansi juga bermanfaat atau bahkan lebih bermanfaat sehingga ketepatan laba akuntansi belum menjadi tuntutan tang mendesak.
Atas dasar tujuan dan
kelemahan laba akuntansi , ada dua aspek pokok teori laba yaitu :
- Interpretasi laba dan implikasinya dalam tiap tataran teori
- Lingkup laba atas dasar kegiatan operasi dan teori entitas.
Konsep Laba dalam Tataran Semantik
Pengukur kinerja
Karena investor dan kreditor merupakan pihak yang dituju
dalam pelaporan keuangan, dianggap bahwa mereka berkepentingan dalam informasi
masa lalu untuk mengevaluasi prospek perusahaan dimasa datang.
Konfirmasi Harapan Investor
Perekayasa pelaporan keuangan juga berusaha menyediakan
informasi untuk meyakinkan bahwa harapan-harapan investor atau pemakai lainnya dimasa lalu tentang
kinerja perusahaan memang terealisasi.
Estimator Laba Ekonomik
Akuntansi menganut asa akrual untuk mendapatkan suatu
angka yang lebih bermakna secara ekonomik daripada sekedar kenaikan atau
penurunan kas dalam suatu periode. Oleh karena itu, laba akuntansi didasarkan
pada data yang telah terjadi bukan data hipotesis yang dapat berupa kos kesempatan jangka panjang dan bukan
penialaian ekonomik jangka pendek.
Makna Laba
Laba secara konseptual
mempunyai karakteristik umum sebagai berikut :
- Kenaikan kemakmuran yang dimiliki atau dikuasai suatu entitas
- Perubahan terjadi dalam suatu kurun waktu sehingga harus diidentifikasi kemakmuran awal dan kemakmuran akhir
- Perubahan dapat dinikmati, di distribusi atau ditarik oleh entitas yang menguasai kemakmuran asalkan kemakmuran awal dipertahankan.
Laba dan Kapital
Konsep Pemertahanan Kapital
Konsep ini dilandasi oleh gagasan bahwa entitas berhak
mendapatkan kembalian/ imbalan atau return dan menikmati iya setelah kapital
dipertahankan keutuhannya atau pulih seperti sedia kala.
Konsep Laba dalam Tataran
Semantik
Konsep ini harus dirasionalkan dalam bentuk standar dan
prosedur akuntansi yang objektif sehingga angka laba dapat diukur dan disajikan
dalam statemen keuangan Terdapat dua
kriteria atau pendekatan dalam pengukuran laba yaitu :
- Pendekatan transaksi
- Pendekatan kegiatan
Pengukuran atau Penilaian Kapital
Pengukuran kapital pada dua titik waktu menimbulkan
masalah konsep tual karena dengan berjalannya waktu beberapa hal yang bersifat
ekonomik berubah dan harus dipertimbangkan
yaitu unit atau skala pengukur dan dasar pengukuran.
Jenis Kapital :
- Kapital Finansial
Adalah klaim dipandang dari
jumlah rupiah atau nilai yang melekat padanya tanpa memperhatikan wujud fisis
klaim tersebut.
- Kapital Fisis
Adalah sumber ekonomik yang
dikuasai oleh entitas yang dipandang atau dimaknai sebagai kapasitas produksi
fisis yaitu kemampuan menghasilkan
baranh dan jasa.
Skala Pengukuran:
- Skala Nominal
Adalah satuan rupiah
sebagaimana telah terjadi tanpa memperhatikan perubahan daya beli dengan
berjalannya waktu akibat perubahan kondisi ekonomik.
2. Skala daya beli
Skala daya beli atau lebih
tepatnya skala rupiah daya beli atau skala daya beli konstan merupakan skala
untuk mengatasi kelemahan skala rupiah
nominal.
Dasar atau Atribut pengukuran:
- Kos Historis
Merupakan jumlah rupiah
sepakatan atau harga pertukaran yang telah tercatat dalam sistem pembukuan.
- Kos sekarang
Menunjukkan jumlah rupiah
harga pertukaran atau kesepakatan yang diperlukan sekarang oleh unit usaha
untuk memperoleh aset yang sama jenis dan kondisinya atau penggantinya yang setara.
Pengukuran Laba dengan Mempertahankan kapital
Berbagai pendekatan penilaian kapital dan implikasinya terhadap
penentuan laba antara lain adalah :
- Kapitalisasi aliran kas harapan
- Penilaian pasar atas aset bersih perusahaan
- Setara Kas sekarang
- Harga masukan historis
- Harga masukan sekarang
- Pembertahanan daya beli konstan
Laba dan teori entitas
Teori entitas atau ekuitas yang banyak dibahas dalam
literatur teori akuntansi adalah :
- entitas usaha bersama
- entitas usaha atau bisnis
- entitas investor
- entitas pemilik
- entitas pemilik residual
- entitas pengendali
- entitas dana
Bab 11
E K U I T A S
PENGERTIAN
Dalam kerangka dasar Standart
Akuntansi Keuangan (2002) misalnya
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) mandefinisi ekuitas sebagai berikut :
Ekuitas adalah hak residual
atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban.
KOMPONEN EKUITAS PEMEGANG SAHAM
Dari segi riwayat terjadinya dan sumbernya, ekuitas
pemegang saham diklasifikasi atas dasar dua komponen penting yaitu modal
setoran dn laba ditahan. Modal setoran dipecah menjadi modal saham sebagai
modal yuiridis dan modal setoran tambahan dan komponen lain yang merefleksi
transaksi pemilik.
Ekuitas Pemegang Saham dan
Komponennya
Modal Setoran
- Modal Yuridis
- Modal Setoran Lain
Modal Bentukan atau Laba Ditahan
- Laba atau rugi (dari statement laba rugi)
- Dividen
- Rekapitalisasi
- Defisit
- Koreksi
- Perubahan akuntansi
Keterangan :
Ø
Tujuan Penyajian Ekuitas
Pengungkapan informasi ekuitas pemegang saham akan sangat
dipengaruhi oleh tujuan penyajian informasi tersebut kepada pemakai statement
keuangan. Pada umumnya, tujuan pelaporan informasi ekuitas pemegang saham
adalah menyediakan informasi kepada yang berkepentingan tentang efesiensi dan
kepengurusan manajemen.
Untuk memenuhi tujuan
tersebut, informasi yang harus disampaikan tentang ekuitas pemegang saham
tersebut minimal adalah :
1.
Sumber ekuitas pemegang saham beserta riwayatnya.
2.
Peraturan yuridis yang membatasi pembagian dividen dan
pengambilan modal setoran kepada pemegang saham.
3.
Prioritas beberapa golongan pemegang saham atau pemegang
ekuitas lainnya.
Ø
Pembedaan Modal Setoran dan Laba Ditahan
Laba ditahan pada dasarnya terbentuk dari akumulasi laba
yang dipindahkan dari akun ikhtisar laba rugi. Begitu saldo laba ditutup ke
laba ditahan, sebenarnya saldo laba tersebut telah lebur menjadi elemen modal
pemegang saham yang sah. Dengan demikian untuk mengukur seluiruh hak pemegang
saham atas asset, laba ditahan harus digabungkan dengan modal setoran.
Pembedaan antara dua bagian elemen ekuitas pemegang
sangat penting, Dari segi administrasi keuangan, laba ditahan merupakan
indicator daya melaba sehingga laba ditahan harus selalu dipisahkan dengan
modal setoran meskipun jumlahnya akhirnya ditotal untuk membentuk ekuitas
pemegang saham. Pembedaan ini juga sangat penting secara yuridis karena modal
setoran merupakan dana dasar yang harus tetap dipertahankan untuk menunjukkan
perlindungan bagi pihak lain. Dana ini hanya dapat ditarik kembali dalam
likuidasi atau dalam keadaan luar biasa lainnya.Sementara itu, laba ditahan
adalah jumlah rupiah yang secara yuridis dapat digunakan untuk pembagian
dividen.
Ø
Modal Yuridis
Modal yuridis timbul karena ketentuan hukum yang
mengharuskan bahwa harus ada sejumlah rupiah yang harus dipertahankan dalam
rangka perlindungan rehadap pihak lain. Bentuk ketentuan hukum ini adalahbahwa
saham harus mempunyai nilai nominal atau nilai minimum yang dinyatakan untuk
menunjukkan hak yuridis. Modal yuridis
merupakan jumlah rupiah “minimal” yang harus disetor oleh investor
sehingga membentuk modal yuridis.
Ø
Modal Setoran Lain
Transfer dari modal setoran ke laba ditahan tanpa alasan
yang kuat adalah penyimpangan dari penalaran yang valid. Ini berarti bahwa
modal tidak dapat digunakan sebagao sumber laba ditahan. Demikian juga, tidak
sebagianpun dari jumlah rupiah laba ditahan dapat dimasukkan sebagai modal
setoran kecuali jumlah rupiah tersebut telah diubah menjadi modal dengan proses
kapitalisasi yuridis atau telah berubah karena transaksi modal yang dibahas
dibawah ini.
Perubahan modal setoran
1.
Pemesanan saham
2.
Obligasi terkonversi atau berhak-tukar.
3.
Saham istimewa terkonversi atau berhak-tukar,
4.
Dividen saham.
5.
Hak beli saham.
6.
Opsi saham.
7.
Waran.
8.
Saham treasuri.
Ø
Perubahan Laba Ditahan
Terdapat beberapa hal lain yang dapat
menyebabkan laba ditahan dalam satu periode berubah selain karena transaksi
modal tetapi karena transaksi khusus yaitu :
1.
Penyesuaian periode-lalu.
2.
Koreksi kesalahan dalam laporan keuangan sebelumnya.
3.
Pengaruh perubahan akuntansi.
4.
Kuasi-reorganisasi.
Kuasi-organisasi
merupkan prosedur akuntansi yang mengatur perusahaan untuk
merestrukturisasi ekuitasnya dengan
menghilangkan defisit dan menilai kembali seluruh asset dan kewajibannya tanpa
melalui reorganisasi secara hukum.
Ø
Penyajian Modal Pemegang Saham
Urutan penyajian kewajiban dan modal pemegang saham dalam
neraca sebenarnya menggambarkan urutan perlindungan dalam kondisi perusahaan
yang mengalami defisit dan dalm kondisi perusahaan dilikuidasi.
Dalam terjadi defisit, urutan
penyajian menggambarkan :
1.
Urutan penyerapan rugi.
2.
Urutan menerima distribusi asset.
Ditinjau dari segi ini, urutan
perlindungan dapat dikemukakan sbagai berikut :
·
Karyawan dan pemerintah.
·
Kreditor berjaminan.
·
Kreditor takberjaminan.
·
Pemegang saham prioritas.
·
Pemegang saham biasa.
Ø
Perincian Laba Ditahan
Bila komponen-komponen tertentu yang berasal dari
transaksi operasi dilaporkan langsung ke laba ditahan, laba ditahan dapat
disajikan dan dirinci atas dasar :
1.
Perincian atas dasar sumber.
2.
Perincian atas dasar tujuan penggunaan.
Ø
Laba Komprehensif
Masalah teoritis dalam hal ini adalah pos-pos mana saja
yang disajikan melalui statement laba rugi dan pos-pos mana saja yang
dilaporkan melalui statement laba ditahan.Dalam hal ini, ada 2 pendekatan yang
dapat dianut yaitu :
1.
Laba kinerja sekarang.
2.
Laba semua-termasuk
Bab 12
PENGUNGKAPAN dan SARANA ITERPRETIF
PENGUNGKAPAN
Secara konseptual, pengungkapan merupakan bagian integral
dari pelaporan keuangan. Secara teknis, pengungkapan merupakan langkah akhir
dalam proses akuntansi yaitu penyajian informasi dalam bentuk seperangkat penuh
statement keuangan.
Fungsi dan Tujuan Pengungkapan
Secara umum, tujuan pengungkapan adalah menyajikan informasi
yang dipandang perlu untuk mencapai tujuan pelaporan keuangan dan untuk
melayani berbagai pihak yang mempunyai kepentingan berbeda-beda.
Pasar modal merupakan sarana
utama pemenuhan dana dari masyarakat, pengungkapan dapat diwajibkan untuk :
1.
Tujuan melindungi.
Dilandasi
oleh gagasan bahwa tidak semua pemakai cukup canggih sehingga pemakai yang naïf
perlu dilindungi dengan mengungkapkan informasi yang mereka tidak mungkin
memperolehnya atau tidak mungkin mengolah informasi untuk menangkap substansi
ekonomik yang melandasi suatu pos
statement keuangan.
2.
Tujuan informatif.
Dilandasi oleh
gagasan bahwa pemakai yang dituju sudah jelas dengan tingkat kecanggihan
tertentu.
3.
Tujuan kebutuhan khusus.
Merupakan
gabungan dari tujuan perlindungan publik dan tujuan informatif.
Keluasan dan Kerincian Pengungkapan
Hal ini berkaitan dengan masalah seberapa banyak
informasi harus diungkapkan yang disebut dengan tingkat pengungkapan. Tingkat
ini mempunyai implikasi terhadap apa yang harus diungkapkan.
Kendala Pengungkapan
Berbagai hal menjadi pertimbangan penyusun standart atau
badan pengawas untuk menentukan seberapa banyak informasi harus diungkapkan.
Berikut ini adalah beberapa hal yang harus dipertimbangkan atau menjadi kendala
dalam pengungkapan. Kendala pada umumnya timbul dari kaca mata perusahaan.
Pengungkapan Wajib dan Sukarela
Adalah pengungkapan yang dilakukan perusahaan di luar apa
yang diwajibkan oleh standar akuntansi atau peraturan badan pengawas
Regulasi Pengungkapan
Mempercayakan pengungkapan sepenuhnya kepada manajemen
sama saja dengan menyerahkan penyediaan informasi kepada pasar. Beberapa
argumen mendukung perlunya regulasi dalam penyediaan informasi.
Alasan tersebut adalah :
1.
Penyalahgunaan.
2.
Eksternalitas.
3.
Asimetri informasi.
4.
Keengganan manajemen.
Metode Pengungkapan
Metode pengungkapan berkaitan dengan masalah bagaimana
secara teknis informasi disajikan kepada pemakai dalam satu perangkat statemen
keuangan beserta informasi lain yang berpaut.
Informasi dapat disajikan
dalam pelaporan keuangan sebagai antara lain :
1.
Pos statemen keuangan.
Informasi
keuangan dapat diungkapkan melalui statemen keuangan dalam bentuk pos atau
elemen statemen keuangan sesuai dengan standart tentang definisi, pengukuran,
penilaian, dan penyajian.
2.
Catatan kaki.
Merupakan
metode pengungkapan untuk informasi yang tidak praktis atau tidak memenuhi
kriteria untuk disajikan dalam bentuk pos atau elemen statemen keuangan.
3.
Penggunaan istilah teknis.
Istilah teknis
dan strategik merupakan bagian dari pengungkapan. Oleh karena itu, istilah yang
tepat harus digunakan secara konsisten untuk nama pos, elemen, judul, atau
subjudul.
4.
Penjelasan dalam kurung.
Penjelasan
singkat berbentuk tanda kurung mengikuti suatu pos dapt dijadikan cara untuk
mengungkapkan informasi.
5.
Lampiran.
6.
Penjelasan auditor dalam laporan auditor dan komunikasi
manajemen dalam bentuk surat atau pernyataan resmi.
Pengungkapan
yang dibahas di atas adalah pengungkapan oleh manajemen lebih dari apa yang
dapat disampaikan melalui seperangkat penuh statemen keuangan.
SARANA INTERPRETIF
Kos dan Nilai
Dalam kondisiyang normal kos yang terjadi dapat dianggap
menyatakan nilai pasar suatu sumber ekonomik pada saat dibeli atau diperoleh.
Nilai adalah persepsi orang terhadap manfaat atau utilitas suatu objek yang
dinyatakan dalam satuan pengukur. Pada mulanya kos dan nilai adalah identik.
Argumen Pendukung
Argumen utama pendukung gagasan tersebut adalah
keberpautan keputusan sebagai salah satu kualitas informasi baik untuk
kepentingan manajemen maupun pihak luar.
Argumen Penyanggah
Tujuan utama akuntansi adalah pengukuran laba periodic
dengan menggunakan proses menandingkan kos dan pendapatan secara sistematik.
Penggantian jumlah rupiah tercatat (kos)dan faktor-faktor jasa dengan taksiran
nilai pasar yang berlaku sekarang tidak dapat didukung atas dasar
argument-argument berikut ini :
1.
Keterandalan data.
2.
Saling Kompensasi antarperioda.
3.
Fluktuasi nilai merupakan gejala umum.
4.
Nilai pasar dan posisi keuangan.
5.
Simpulan
Bab 13
AKUNTANSI Untuk PERUBAHAN HARGA
RERANGKA AKUNTANSI POKOK
Telah dibahas di bab sebelum
ini bahwa akuntansi harus mempunyai rerangka akuntansi pokok untuk memproses
data dasar. Data dasar harus dipertahankan keutuhan atau integritasnya untuk
merunut dengan seksama riwayat transaksi. Rerangka akuntansi pokok akan
menghasilkan statement keuangan dasar.
Masalah Akuntansi
Sebagai data dasar, dalam kondisi perubahan harga
akuntansi kos hitoris menghadapi tiga masalah fundamental yang berkaitan dengan
:
1.
Masalah penilaian.
Nilai aset
individual atau spesifik akan berubah kalau dibandingkan dengan aset tertentu
yang lain meskipun daya beli uang tidak berubah.
2.
Masalah unit pengukur.
Daya beli uang
dapat berubah sehingga unit moneter sebagi pengukur niali tidak bersifat
homogenus lagi kalau dikaitkan dengan waktu.
3.
Masalah pemertahanan capital
Dalam konsep
ini, laba adalah kenaikan kapital dalam suatu periode yang dapat di distribusi
atau dinikmati setelah kapital awal dipertahankan.
Pos-pos Moneter dan Nonmoneter
Pos-pos moneter
Terdiri atas :
1.
Aset moneter.
Adalah klaim untuk menerima kas di
masa mendatang dengan jumlah dan saat yang pasti tanpa mengaitkannya dengan
harga masa datang barang dan jasa tertentu.
2.
Kewajiban moneter.
Adalah
keharusan untuk membayar hutang di masa mendatang dengan jumlah dan saat
pembayaran yang sudah pasti.
Pos-pos nonmoneter
Terdiri atas :
1.
Aset nonmoneter
Adalah
aset yang mengandung jumlah rupiah yang menunjukkan nilai dan nilai tersebut
berubah-ubah dengan berjalannya waktu atau aset yang merupakan klaim untuk
menerima potensi jasa atau manfaat fisis tanpa memperhatikan perubahan daya
beli.
2.
Kewajiban nonmoneter
Adalah
keharusan untuk menyerahkan barang dan jasa atau potensi jasa lainnya dengan
kuantitas tertentu tanpa memperhatikan daya beli atau perubahan nilai barang
atau potensi jasa tersebut pada saat diserahkan.
Perubahan Harga
Adalah perbedaan jumlah rupiah untuk memperoleh barang
atau jasa yang sama pada waktu yang berbeda dalam pasar yang sama (masukan dan
keluaran).
Ditinjau dari karakteristik
perubahan harga barang dan jasa, ada 3 jenis perubahan harga yaitu :
1.
Perubahan harga umum.
·
Inflasi dan daya beli uang.
·
Implikasi akuntansi.
·
Interpretasi untung/rugi daya beli.
2.
Perubahan harga spesifik.
·
Implikasi akuntansi.
·
Interpretasi untung/rugi penahanan.
3.
Perubahan harga relatif.
Tiga model akuntansi perubahan harga yang utama yaitu :
·
Akuntansi daya beli konstan.
Tujuannya adalah mempertahankan capital
atas dasar daya beli. Dengan daya beli sebagai basis pengukuran, diharapkan
perusahaan mampu mempertahankan sumber ekonomiknya untuk membeli barang dan
jasa dan berlangsung terus dalam suatu kondisi perekonomian tertentu.
·
Akuntansi kos sekarang
Tujuannya
adalah mengukur laba suatu periode dengan mempertahankan capital semula. Dalam
kaitannya dengan akuntansi kos sekarang dalam arti luas adalah kos pengganti
(masukan), nilai jual sekarang (keluaran), dan nilai terealisasi harapan
(keluaran).
·
Akuntansi hibrida
Bila
kos sekarang menggunakan kos pengganti sebagai basis penilaian hibrida ini
disebut akuntansi kos sekarang/daya beli konsta. Untuk selanjutnya istilah kos
sekarang diartikan secara sempit sebagai kos pengganti.