Kamis, 17 Januari 2013

teori akuntansi



ASET

Teori elemen statemen keuangan tidak terbatas pada penlaran tentang definisi, tetapi meliputi pula penalaran tentang pengukuran, penilaian, pengakun, penyajian, dan pengungkapan. Penalaran ini menjadi dasar dalam pemilihan kebijakan baik pada tingkat perekayasaan maupun penetapan standar.
Konsep kesatuaan usaha menegaskan bahwa perusahaan merupakan entitas yang berdiri sendiri dan bertindak atas namanya sendiri dan perusahaan menjadi fokus pelaporan. Jadi fungsi pengelolaan dan pemilikan terpisah sehingga keduanya dipandang sebagai huubungan bisnis. Hubungan bisnis dapat dipertahankan kalau aset yang dikelola manajemen selalu ditunjukkan asal atau sumbernya.
Setelah badan usaha berdiri dan pemilik menanamkan dana ke badan usaha, upaya badan usaha dalam mendatangkan pendapatan dilakukan dengan menyediakan barang dan jasa yang melibatkan pemerolehan berbagai aset.
Aset merupakan elemen neraca yang akan membentuk informasi semantik berupa posisi keuangan, jika dihubungkan dengan elemen yang lain yaitu kewajiban dan ekuitas.

Pengertian
Menurut FASB aset adalah manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti yang diperoleh atau dikuasai / dikendalikan oleh suatu entitas sebagai akibat transaksi atau kejadian masa lalu.
Menurut APB dan ijiri medefinisi aset sebagai sumber ekonomik karena adanya unsur kelangkaan sehingga suatu entitas harus mengendalikannya dari akses pihak lain melalui transakasi ekonomik. APB juga membedakan aset menjadi yang digolongkan sebagai sumber ekonomik sebagai berikut :

  1. Sumber produktif
a)    Sumber produkitf kesatuan usaha yang meliputi bahan baku, gedung, pabrik, perlengkapan, sumber alam, paten dan semacamnya, jasa, dan sumber lain yang digunakan dalam produksi barang dan jasa.
b)   Hak kontraktual atas sumber produktif meliputi semua hak untuk menggunakan sumber ekonomik pihak lain dan hak untuk mendapatkan barang atau jasa dari pihak lain.
  1. Produk yang merupakan keluaran kesatuan usaha terdiri atas :
a)    Barang jadi yang menunggu penjualan
b)   Barang dalam proses
3.   Uang
4.   Klaim untuk menerima uang
5.   Hak pemilikan atau investasi pada perusahaan lain.
Dengan berbagai perbedaan di atas, pada dasarnya dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga karakteristik utama yang harus dipenuhi agar suatu objek atau pos dapat dapat disebut aset, yaitu :
  1. Manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti
  2. Dikuasai atau dikendalikan oleh entitas
  3. Timbul akibat transaksi masa lalu

Manfaat ekonomik
Untuk dapat disebut sebagai aset, suatu objek harus mengandung manfaat ekonomik di masa datang yang cukup pasti. Uang atau kas mempunyai manfaat atau potensi jasa karena apa yang dapat dia beli atau karena daya tukarnya.
Sumber selain kas mempunyai manfaat ekonomik karena dapat ditukarkan dengan kas, barang, ata jasa. Karena dapat digunakan untuk memproduksi barang dan jasa, atau karena dapat digunakan untuk melunasi kewajiban.
FSAB mengajukan dua hal yang harus dipetimbangkan dalam menilai apakah pada saat tertentu suatu pos atau objek masih dapat disebut sebagai aset, yaitu :
  1. Apakah suatu pos yang dikuasai oleh suatu kesatuan usaha pada mulanya mengandung manfaat ekonomik masa datang.
  2. Apakah semua atau sebagian manfaat ekonomik tersebut masih tetap ada pada saat penilaian.

Dikuasai oleh entitas
Untuk dapat disebut sebagai aset, suatu objek atau pos tidak harus dimiliki oleh entitas tetapi cukup dikuasai oleh entitas. Bila pemilikan menjaadi kriteria aset, maka akan banyak pos yang tidak msuk ebagai aset sehingga tidak dapat dilaporkan dalam neraca. Dengan kata lain, pemilikan sebagai kriteria akan mengakibatkan banyak pos dilaporkan di luar neraca. Oleh karena itu konsep penguasaan lebih penting daripada konsep kepemilikan.
Most mengemukakan bahwa penguasaan atau kendali terhadap suatu objek dapat diperoleh dengan cara :
1.     Pembelian
2.    Pemberian
3.    Penemuan
4.    Perjanjian
5.    Produksi / transformasi
6.    Penjualan
7.    Lain – lain eperti pertukaran, peminjaman, penjaminan, pengkonsignaan, dan berbagai transaksi komersial yang diakui hukum atau kebiasaan bisnis.

Akibat Transaksi atau Kejadian Masa Lalu
Aset harus timbul akibat transaksi atau kejadian masa lalu, kriteria ini untuk memenuhi definisi tetapi bukan kriteria untuk pengakuan. Jadi, manfaat ekonomik dan penguasan atau hak atas manfaat saja tidak cukup untuk memasukkan suatu objek ke dalam aset kesatuan usaha untuk dilaporkan melalui statemen keuangan.
FSAB memasukkan trnsksi atau kejdian sebagai kriteriaa aset krena transaksi atau kejaadian tersebut dapat menambah atau mengurangi aset. Aset atau nilainya dapat dipengaruhi oleh kejadian atau seluruhny di luar kemmpun kesatuan usaha atau manajemennya untuk mengendalikan misalnya kenaikan harga, perubahan tingkat bunga, pertumbuhan alamiah, penyusutan, pencurian, huru – hara, kecelakaan, dan bencana alam. Berbagai transaksi, kejadian, atau keadaan pada akhirnya akan memicu pengakuan atau penghapusan manfaat ekonomik suatu objek.

Karakteristik Pendukung
FSAB menyebutkan beberapa karakteristik pendukung yang melibatkan kos, berwujud, tertukarkan, terpisahkan, dan berkekuatan hukum. Karakteristik pendukung tersebut lebih menguatkan atau menyakinkan adanya aset tetapi tidak adanya karakteristik pendukung  tidak menghalangi suatu objek untuk memenuhi syarat sebagai aset.

Melibatkan kos
Pemerolehan aset pada umumnya melibatkan kos sebagai penghargaan sepakatan. Jika kos terjadi karena pemerolehan suatu objek terjadi akibat pertukaran atau pembelian, maka objek tersebut lebih kuat untuk masuk sebagai aset.


Pengukuran
Pengukuran bukan kriteria untuk mendefinisi aset tetapi merupakan kriteria pengakuan aset.
Sebagai aliran informasi, kos juga mengalami tiga perlakuan akuntansi mengikuti aliran fisis, yaitu :
  1. pengukuran, pengakuan, dan klasifikasi pertama kali pada saat terjadinya. Untuk selanjutnya seluruh kegiatan dalam tahap ini disebut pengukuran saja.
  2. pencatatan berikutnya dalam rangka mengikuti aliran fisis aset berupa alokasi, distribusi, dan penggabungan untuk kepentingan internal / manajerial atau kepentingan pengkosan produk. Untuk selanjutnya seluruh kegiatan dalam tahap ini disebut penulusuran
  3. pembebanan ke pendapatan perioda berjalan atau perioda – perioda yang akan datang. Kos yang belum menjadi beban pendapatan (biaya) akan tetap melekat pada objek menjadi aset badan usaha. Untuk selanjutnya seluruh kegiatan dalam tahap ini disebut pembebanan ke pendapatan.




Hubungan Kos, Aset, dan Biaya

Secara teknis                                                                                    Secara Konseptual
kos
a.  tahap pengakuan
kos
 



atau

kos

kos

kos
 





b. tahap pembebanan
aset                             biaya





Keterangan :
Jika suatu pengeluaran dicatat sebagai biaya, secara konseptual dianggap bahwa kos objek bersangkutan dicatat sebagai aset dan kemudin saat yang sama kos tersebut langsung dipindah ke biaya.

Jenis penghargaan
Kos dalam barter
Barter atau pertukaran aset merupakan pemerolehan aset dengan penghargaan berupa aset berwujud atau non moneter lainnya.
Adapun prinsip – prinsip penentuan kos aset yang diterima dalam barter atau pertukaran :

  1. pertukaran tak sejenis, tanpa pembayaran tombok
Aset yang diterima dicatat sebesar nilai wajar / pasar aset yang diserahkan atau nilai wajar aset yang diterima, mana yang lebih mudah atau jlas ditentukan. Untung atau rugi yang timbul diakui pada saat pertukaran
  1. pertukaran tak sejenis, dengan pembayaran tombok
Aset yang diterima dicatat sebesar nilai pasar aset yang diserahkan ditambah tombok atau nilai wajar / pasar aset yang diterima. Dalam hal ini, nilai pasar aset yang diserahkan menunjukkan kas yang akan diterima seandainya aset tersebut dijual. Untung atau rugi yang timbul diakui pada saat pertukaran.
  1. pertukaran sejenis, tanpa pembayaran tombok
Aset yang diterima dicatat sebesar nilai buku atau nilai pasar aset yang diserahkan, mana yang lebih rendah. Ini berarti bahwa kalau terjadi untung maka untung tidak diakui dan sebaliknya kalau terjadi rugi, rugi tersebut diakui pada saat transaksi.
  1. pertukaran sejenis, dengan pembayaran tombok
Aset yang diterima dicatat sebesar nilai buku aset yang diserahkan ditambah tombok atau nilai pasar aset yang diserahkan ditambah tombok mana yang lebih rendah. Ini juga berarti bahwa kalau terjadi untung maka untung tidak diakui dan sebaliknya kalau terjadi rugi, rugi tersebut diakui pada saat transaksi.
  1. pertukaran sejenis, dengan penerimaan tombok
Jika terjadi rugi : aset yang diterima dicatat sebesar harga pasar aset yang diserahkan dikurangi kas yang diterima. Ini berarti rugi yang terjadi diakui semua pada saat terjadinya transaksi.
Jika terjadi untung : aset yang diterima dicatat sebesar nilai buku aset yang diserahkan dikurangi porsi nilai buku aset yang diserahkan yang dianggap dijual. Atau, nilai psar / wajar aset yang diserahkan dikurangi untung tangguhan.

Saham sebagai penghargaan
Saham sebagai penghargaan merupakan salah atau bentuk pemerolehan aset dengan barter. Dalam beberapa hal, jumlah setara saham dapat dicari dengan membandingkan harga tunai jenis saham yang sama untuk memperoleh dana tunai (kas) yang diterbitkan kira – kira bersamaan dengan penyerahan saham untuk memperoleh aset bersangkutan.
Kos dalam reorganisasi
Jika suatu perusahaan sudah berjalan atau beroperasi cukup lama kemudian mengalami reorganisasi, perusahaan tersebut biasanya tidak mempunyai data kos yang memadai untuk menentukan kos aset yang dikuasainya. Karena tujuan reorganisasi biasanya adalah menentukan nilai perusahaan pada saat tersebut.
Hadiah atau hibah
Dalam hal ini, kita ambil contoh suatu perusahaan memperoleh gedung beserta tanahnya melalui sumbangan atau hibah. Perolehan ini tetap dicatat sebagai aset tanpa kos. Karena setiap fasilitas atau faktor ekonomik yang digunakan dalam operasi perusahaan, tanpa memandang asalnya, harus diperlakukan dengan saksama sebagai potensi jasa.

Tujuan Penilaian Aset
Karena aset merupakan elemen pembentuk posisi keuangan sebagai informasi semantik bagi investor dan kreditor, maka tujuan penilaian aset harus bepaut dengan tujuan pelaporan keuangan.
Tujuan dari penilaian aset adalah merepresentasikan atribut pos – pos aset yang berpaut dengan tujuan pelaporan keuangan dengan menggunakan basis penilaian yang sesuai.






Konsep dan Basis Penilaian

Nilai Pertukaran Sebagai Basis Penilaian

Nilai Pertukaran

Objektifitas Penilaian dan
Relevansi Aliran Kas


Terterapkan bila tidak tersedia    perolehan                   penjualan        Terterapkan bila tersedia bukti bukti nilai keluaran yang                                                                bukti nilai keluaran yang terandalkan sebagai indikasi                                                      terandalkan sebagai indikasi
penerimaan kas masa datang                                                        penerimaan kas masa datang
        aset
 
atribut
input                                                       output
aliran fisis/jasa                                                                                                                                                                                                                     aliran kas


            Konsep nilai masukan dan keluaran sebenarnya berkaitan dengan konsep kesatuan usaha yang dianggap mengusai sumber ekonomik (aset) dan harus mempertanggungjawabkan asset tersebut.

Nilai Masukan ( input )
            Nilai masukan didasarkan atas jumlah rupiah yang harus dikeluarkan atau dikorbankan untuk memperoleh aset atau objek jasa tertentu yang masuk dalam unit usaha.

Nilai Keluaran ( output )
            Nilai keluaran didasarkan atas jumlah rupiah kas atau penghargaan lainnya yang diterima suatu unit usaha apabila suatu aset atau potensi jasa akhirnya keluar dari kesatuan usaha melalui pertukaran atau konversi.

Nilai Terealisasi Harapan
            Secara semantik, nilai terealisasi harapan suatu aset adalah penerimaan kas tau potensi jasa masa datang yang jumlah dan waktunya cukup pasti.
            Dalam penilaian ini lebih bermanfaat dan valid untuk menilai investasi tunggal atau perusahaan secara keseluruhan dari sudut pandang invstor. Untuk penilaian aset secra individual , dasar penilaian ini mengandung beberapa kelemahan yaitu :
  1. Kalau tidak ada pasar untuk asset bersangkutan, penentuan aliran kas masa datang bersifat subjektif sehingga sulit diversifikasi
  2. Pemilihan tarif yang cukup representtif untuk merefleksi risiko tiap set sangat problematik. Jika tarif tersebut dapat ditentukan, hasil pengukuran sulit diinterpretasi maknanya oleh pembaca statemen keuangan.
  3. Aliran kas ke perusahaan dihasilkan oleh seluruh perusahaan dihasilkan oleh seluruh aset sebagai satu kesatuan dalam menghasilkan produk yang akhirnya dijul untuk mendatangkan kas.
  4. Memperkuat 3 alasan di atas, beberapa asset memang tidak terpisahkan sehingga nilai sekarang seluruh asset tidak akan sama dengan penjumlahan semua kas masa datang diskunan tiap pos asset.

Penilaian Menurut FSAB
        Bila dikaitkan dengan asset, dasar penilaian FSAB sebagai berikut :
  1. Historical cost. Tanah, gedung, perlengkapan pabrik, dan kebanyakan sediaan dilaporkan atas dasar kos historisnya yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang dikorbankan untuk memperolehnya. Kos histories ini tentunya disesuaikan dengan jumlah bagian yang telah didepresiasi atau di ammortisasi.
  2. Current cost. Beberapa sediaan disajikan sebesar nilai sekarang atau penggantinya yaitu jumlah rupiah kos atau setaraya yag harus dikorbankan jika asset tertentu yang sejenis diperoleh sekarang.
  3. Current market value. Beberapa jenis investasi dalam surat berharga disajikan atas dasar nilai pasar selain yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang dapat diperoleh kesatuan usaha dengan menjual asset tersebut dalam kondisi perusahaan yang normal.
  4. Net relizable value. Beberapa jenis piutang jangka pendek dan sediaan barang disajikan nilai terealisasi bersih yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang akan diterima dari asset tersebut dikurangi dengan pengorbanan yang diperlukan untuk mengkonversi asset tersebut menjadi kas atau setaranya.
  5. Present value of future cash flows. Piutang dan investasi jangka panjang disajikan sebesar nilai sekarang penerima kas di masa mendatang sampai piutang terlunasi dikurangi dengan tambahan kos yang mungkin diperlukan untuk mendapatkan penerimaan tersebut.

Pengakuan
            Pengakuan dan penyajian asset biasanya ditentukan dalam standar akuntansi yang mengatur tiap pos asset. Masalah akuntansi menyangkut pengakuan biasanya berkaitan dengan masalah apakah suatu kos / jumlah rupiah terlibat dalam transaksi, kejadian, atau keadaan tertentu dapat diasetkan.






















BAB 7 TEORI AKUNTANSI

KEWAJIBAN

            Kewajiban mempunyai tiga karakteristik utama yaitu :
a.   Pengorbanan manfaat ekonomik masa datang
      Untuk dapat disebut disebut sebagai kewajiban, suatu objek harus memuat suatu tugas atau tanggung jawab kepada pihak lain yang mengharuskan kesatuan usaha untuk melunasi, menunaikan, atau melaksanakannya dengan cara mengorbankan manfaat ekonomik yang cukup pasti di masa datang.
b.  Menjadi keharusan sekarang untuk mentransfer aset
Selanjutnya untuk dapat disebut sebagai kewajiban, suatu pengorbanan ekonomik masa datang harus timbul akibat keharusan sekarang.
Pengertian ”sekarang” dalam hal ini mengacu pada dua hal : waktu dan adanya. Waktu yang dimaksud adalah tanggal pelaporan ( neraca ).
Keharusan terdiri dari :
v   Keharusan kontraktual : keharusan yang timbul akibat perjanjian atau peraturan hukum yang di dalamnya kewajiban bagi suatu kesatuan usaha dinyatakan secara eksplisit ataau implisit dan mengikat.
v   Keharusan konstruktif : keharusan yang timbul akibat kebijakan kesatuan usaha dalam rangka menjalankan dan memajukan usahanya memenuhi apa yang disebut praktik usaha yang baik atau etika bisnis dan bukan untuk memenuhi kewajiban yuridis.
v   Keharusan demi keadilan : keharusan yang ada sekarang yang menimbulkan kewajiban bagi perusahaan semata – mata krena panggilan etis atau moral dari pada karena peraturan hukum atau praktik bisnis yang sehat.
v   Keharusn bergntung atau bersyraat : keharusan yang pemenuhnnya tidak pasti karena bergantung pada kejadian masa datang atau terpenuhinya syarat – syarat tertentu di masa datang.


c.   Timbul akibat transaksi masa lalu
      Transaksi masa lalu yang dimaksud di sini adalah transaksi yang menimbulkan keharusan sekarang telah terjadi.

Hak Kewajiban Tak Bersyarat
            Konsep ini menyatakan bahwa walaupun kontrak telah ditanda tangani, salah satu pihak tidak mempunyai kewajiban apapun sebelum pihak lain memenuhi apa yang menjadi hak pihak lain. Jadi, konsep hak – kewajiban tak bersyarat menyatakan ”secara teknis, konsep ini diartikan bahwa hak atau kewajiban timbul bila salah satu pihak telah berbuat sesuatu”. Kontrak – kontrak semacam ini dikenal dengan nama kontrak saling mengimbangi tak bersyarat atau kontrak eksekutori .
Secara konseptual, diperlukan pedoman atau kriteria untuk memilih saat yang tepat. Most, mengemukakan hal yang harus dipertimbangkan untuk memilih saat yang tepat yaitu :
  1. Pemenuhan definisi aset dan kewajiban
  2. Kekuatan mengikat yaitu seberapa kuat bahwa pelaksanaan kontrak tidak dapat dibatalkan
  3. Kebermanfaatan bagi keputusan

Karakteristik Pendukung
            FASB menyebutkan beberapa karakteristik pendukung selain karakteristik yang tersebut di atas, yaitu :
  1. Keharusan membayar kas
Pelunasan kewajiban pada umumnya dilakukan dengan pembayaran kas. Keharusan membayar kas pada waktu dan jumlah rupiah tertentu di masa datang merupakan petunjuk yang kuat atau jelas mengenai adanya kewajiban. Akan tetapi,  untuk menjadi kewajiban, penyerahan aset ( kas ) bukan satu – satunya kriteria tetapi meliputi pula penyerahan jasa. Esensi kewajiban lebih terletak pada pengorbanan manfaat ekonomik masa datang dari pada terjadinya pengeluaran kas.
  1. Identitas terbayar jelas
Jika identitas terbayar sudah jelas, maka hal tersebut hanya sekedar menguatkan bahwa kewajiban memang ada tetapi untuk menjadi kewajiban identitas terbayar tidak harus dapat ditentukan pada saat keharusan terjadi.
Jadi yang penting adalah bahwa keharusan sekarang pengorbanan sumber ekonomik di masa datang telah ada dan bukan siapa yang harus dilunasi atau dibayar.
  1. Berkekuatan hukum
Memang ada pada umumnya, keharusan suatu entitas untuk mengorbankan manfaat ekonomik timbul akibat klaims yuridis yang mempunyai kekuatan memaksa. Definisi kewajiban sebenarnya merupakan bayangan cermin aset

Pengakuan, Pengukuran, dan Penilaian
Jika aset yang direpresentasi oleh kos mengalami tiga tahap perlakuan (pemerolehan, pengolahan, dan penyerahan), maka kewajiban sebenarnya juga mengalami tiga tahap perlakuan, yaitu :

  1. pengakuan
Pada prinsipnya, kewajiban diakui pada saat keharusan telah mengikat akibat transaksi yang sebelumnya telah terjadi. Mengikatnya suatu keharusan harus di evaluasi atas dasar kaidah pengakuan.
Kam mengajukan empat kaidah pengakuan untuk menandai pengakuan kewajiban, yaitu :
  1. ketersediaan dasar hukum
Kaidah ini terkait dengan kualitas keterandalan dan keberpautan informasi. Ketersediaan dasar hukum yang menimbulkan daya paksa hanya merupakan karakteristik pendukung definisi kewajiban tadi. Jadi, kaidah ini tidak mutlak sehingga kewajiban juga dapat diakui bila terdapat bukti substantif hanya keharusan konstruktif atau demi kedilan.
  1. keterterapan konsep dasar konservatisma
Kaidah ini merupakan penjabaran teknis kriteria keterandalan. Implikasi dianutnya konsep konservatisma adalah rugi dapat segera diakui tetapi tidak demikian dengan untung. Ini berarti kewajiban dapat diakui segera sedangkan aset tidak.
  1. ketertentuan substansi ekonomik transaksi
Substansi suatu transaksi dapat memicu pencatatan seluruh kewajiban yang timbul ketika transaksi terjadi meskipun secara yuridis/kontraktual kewajiban baru akan mengikat secara berkala pada saat keharusan sekarang timbul. Dalam hal ini, kewajiban dapat atau bahkan harus diakui jika secara substantif sewaguna tersebut sebenarnya adalah pembelian angsuran. 
  1. keterukuran nilai kewajiban
Keterukuran merupakan salah satu syarat untuk mencapai kualitas keterandalan informasi. Oleh karena itu, adanya kepastian mengenai jumlah rupiah dapat memicu diakuinya suatu kewajiban. Jika pengukuran suatu pos kewajiban bersifat sangat subjektif dan arbitrer, pada umumnya pos tersebut tidak diakui.
Yang menjadi masalah teknis adalah kapan keempat kaidah di atas dipenuhi. Hal ini berkaitan dengan penentuan saat pengakuan kewajiban. Hendriksen dan Van Breda menunjukkan saat – saat untuk mengakui kewajiban yaitu :
  1. Pada saat penandatanganan kontrak bila pada saat itu hak dan kewajiban telah mengikat. Dalam hak kontrak eksekutori, pengakuan menunggu sampai salah satu pihak memanfaatkan / menguasai manfaat yang diperjanjikan atau memenuhi kewajibannya.
  2. Bersamaan dengan pengakuan biaya jika barang dan jasa yang menjadi biaya belum dicatat sebagai aset sebelumnya.
  3. Bersamaan dengan pengakuan aset. Kewajiban timbul ketika hak untuk menggunakan barang dan jasa diperoleh.
  4. Pada akhir perioda karena penggunaan asas akrual melalui proses penyesuaian. Pengakuan ini menimbulkan pos utang atau kewajiban akruan.
Keempat kaidah tersebut di atas sebagai bukti teknis dan ketentuan saat pencatatan pada umumnya mudah diidentifikasi dan diterapkan untuk keharusan kontraktual, konstruktif, dan demi keadilan.

Pengakuan Kewajiban Bergantung
Untuk keharusan bergantung ( khususnya rugi bergantung yang menimbulkan kewajiban ), kaidah pengakuan keempat ( keterukuran nilai kewajiban ) dan pasti tidknya pengorbann sumber ekonomik masa datang kan terjadi menimbulkan msalah pengakuan. Oleh karena itu, diperlukn ketentuan yang lebih tegas untuk mengakui kewajiban yang berkaitan dengan rugi bergntung. FSAB memberi contoh keadaan – keadaan kebergantungan rugi  yang berpotensi memicu pengakuan kewjiban sebagai berikut :
-          Ketertagihan piutang usaha
-          Keharusan berkaitan dengan jaminan produk dan kerusakan produk
-          Risiko rugi atau kerusakan properitas ( fasilitas ) kesatuan usaha akibat kebakaran, ledakan, dan bahaya lainnya.
-          Ancaman penambilan set oleh pemerintah
-          Persengketaan yang memberatkan atau menunggu keputusan
-          Klaim atau pungutan yang telah diajukan / dikenakan atau yang mungkin   ( possible ) terjadi
-          Risiko rugi akibat bencana yang ditanggung oleh perusahaan asurnsi kerugian dan kecelakaan dan perusahaan reasuransi
-          Jaminan bank komersial dalam ikatan standby letters of credit
-          Perjanjian untuk membeli kembali piutang atau asset yang terkait yang telah dijual
Pengukuran
Pengukur yang paling objektif untuk menentukan kos kewajiban pada saat terjadinya adalah penghargaan sepakatan dalam transaksi – transaksi tersebut dan bukan jumlah rupiah pengorbanan ekonomik masa datang. Jadi, konsep dasar penghargaan berlaku baik untuk aset mupun untuk kewajiban. Hal ini berlaku khususnya untuk kewajiban jangka panjang.
Untuk kewajiban jangka pendek, kos penundaan dianggap tidak cukup material sehingga jumlah rupiah kewajban yang dak akan sama dngan jmlah ngbana smb knmk ( kas ) masa datang.
          
  1. penilaian
Jika pengukuran mengacu pada penentuan nilai keharusan sekarang pada saat terjadinya, penilaian mengacu pada penentuan nilai keharusan sekarang pada setiap saat terjadinya kewajiban sampai dilunasinya kewajiban. Makin mendekati saat jatuh tempo, nilai kewajiban akan makin mendekati nilai nominal.
Jadi, penilaian kewajiban pada saat tertentu adalah penentuan jumlah rupiah yang harus dikorbankan seandainya pada saat tersebut kewajiban harus dilunasi.

  1. pelunasan
Dasar atau Atribut Penilaian Kewajiban

Basis (atribut) Penilaian
Keterangan
Contoh Pos Yang Berpaut
Harga pasar sekarang




Nilai pelunasan neto






Nilai diskunan aliran kas masa datang
Berbagai kewajiban yang melibatkan komoditas dan surat – surat berharga.

Berbagai kewajiban yang melibatkan jumlah rupiah yang cukup pasti tetap waktu pelunasannya tidak cukup pasti.

Kewajiban moneter jangka panjang jumlah rupiah maupun saat pembayaran cukup pasti. 
Kewajiban penerbit opsi sebelum jangka opsi habis dan beberapa kewajiban pedagang efek.

Utang usaha, utang garansi, dan utang wesel jangka pendek.




Utang obligasi, dan utang wesel jangka panjang.







BAB 8 TEORI AKUNTANSI

PENDAPATAN

Definisi
Pendapatan dapat di definisi dari beberapa konsep, antara lain :
a.    Konsep aliran musik, pendapatan merupakan aset
b.    Konsep aliran keluar, pendapatan adalah penyerahan produk yang diukur atas dasar penghargaaan produk tersebut.
c.    Secara netral, pendapatan merupakan produk perusahaan sebagai hasil dari upaya produktif. Pendapatan diukur dengan jumlah rupiah aset baru yang diterima dari pelanggan. 
Dari beberapa definisi di atas, dapat didaftar karakteristik – karakteristik yang membentuk pengertian pendapatan dan untung. Yang membentuk pengertian pendapatan adalah :
  1. Aliran masuk atau kenaikan aset
  2. Kegiatan yang merepresentasi operasi utama atau sentral yang menerus
  3.  Pelunasan, penurunan, atau pengurangan kewjibn
  4. Suatu entitas
  5. Produk perusahaan
  6. Pertukaran produk
  7. Menyandang beberapa nama atau mengambil beberapa bentuk
  8. Mengakibatkan kenaikan ekuitas

Kenaikan Aset
Untuk dapat mengatakan bahwa pendapatan ada atau timbul, harus terjadi transaksi atau kejadian yang menaikkan aset atau menimbulkan aliran masuk aset. Tidak ada batasan bahwa aset harus berupa kas atau alat likuid yang lain.
Paton dan litleton menyebutkan bahwa aset dapat bertambah karena berbagai transaksi, kejadian, atau keadaan sebagai berikut :
  1. Transaksi pendanaan yang berasal dari kreditor dan investor
  2. Laba yang berasal dari kegiatan investasi
  3. Hadiah, donasi, atau temuan
  4. Revalusi aset yang telah ada
  5. Penyediaan dan / atau penyerahan produk ( barang dan jasa )
FSAB mengisyaratkan jumlah kotor dengan menyatakan bahwa pendapatan adalah jumlah rupiah yang datang dari penyerahan produk atau pelaksanaan jasa.

Operasi Utama Berlanjut
Pengertian operasi utama dalamm hal ini lebih dikaitkan dengan tujuan utama perusahaan yaitu menghasilkan produk / jasa untuk mendatangkan laba dan bukan untuk membatasi jenis produk utama dan produk samping.   

Berbagai Bentuk dan Nama
Untung
Seperti pendapatan, kata – kata kunci yang melekat pada pengertian untung  adalah :
  1. kenaikan ekuitas ( aset bersih )
  2. transaksi periferal atau insidental
  3. selain yang berupa pendapatan atau investasi oleh pemilik
FSAB merinci lebih lanjut transaksi, kejadian, atau keadaan yang menimbulkan untung menjadi empat sumber atau karakteristik yaitu :
  1. periferal dan insidental
  2. transfer nontimbal – balik
  3. penahana aset
  4. faktor lingkungan

Pengakuan Pendapatan
Pengakuan merupakan pencatatan jumlah rupiah secara resmi ke dalam sistem akuntansi sehingga jumlah tersebut terefleksi dalam statemen keuangan. Pengertian pendapatan harus dipisahkan dengan pengakuan pendapatan bahkan pengertian pendapatan sebenarnya juga harus dipisahkan dengan pengukuran pendapatan. Dengan demikian, suatu jumlah yang memenuhi definisi pendapatan tidak dengan sendirinya jumlah tersebut diakui ( dicatat secara resmi ) sebagai pendapatan.
Pengakuan pendpatan tidak boleh menyimpang dari landasan konsptual. Oleh karena itu, secara konseptual pendapatan hanya dapat diakui jika memenuhi kualitas terukuran dan keterandalan. 

Pembentukan Pendapatan
Konsep pembentukan pendapatan menyatakan bahwa pendapatan terbentuk, terhimpun, atau terhak bersamaan dengan dan melekat pada seluruh atau totalitas proses berlangsungnya operasi perusahaan dan bukan sebagai hasil transaksi tertentu.
Operasi perusahaan meliputi kegiatan produksi, penjualan, dan pengumpulan piutang. Konsep pembentukan ini sering disebut pendekatan proses pembentukan pendapatan atau pendekatan kegiatan. Pendekatan ini dilandasi oleh konsep dasar upaya dan hasil / capaian serta kontinuitas usaha.

Realisasi Pendapatan
Dengan konsep realisasi, pendapatan baru dapat dikatakan terjadi atau terbentuk pada saat terjadi kesepakatan atau kontrak dengan pihak independen ( pembeli ) untuk membayar produk baik produk telah selesai dan diserahkan atau maupun belum dibuat sama sekali.
Berdasarkan konsep, pendapatan sebenarnya terjadi akibat transaksi tertentu yaitu transaksi penjualan atau kontrak sehingga sebelum transaksi atau kontrak tersebut terjadi pendapatan belum terjadi atau terbentuk.
Konsep realisasi atau pendekatan transaksi lebih menekankan kejadian yang dapat menandai pengakuan pendapatan yaitu :
  1. kepastian perubahan produk menjadi potensi jasa lain melalui proses penjualan yang sah atau semacamnya ( misalnya kontrak penjualan ).
  2. penguatan atau validasi transaksi penjualan tersebut dengan diperolehnya aset lancar ( kas, setara kas, atau piutang ).

Kriteria Pengakuan Pendapatan
Pendapatan baru dapat diakui setelah suatu produk selesai diproduksi dan penjualan benar – benar telah terjadi yang ditandai dengan penyerahan barang,
FASB mengajukan dua kriteria pengakuan pendapatan ( dan untung ) dan harus dipenuhi, yaitu :
  1. terealisasi atau cukup pasti terealisasi
  2. terbentuk / terhak
Terbentuknya pendapatan tidak harus selalu mendahului realisasi pendapatan; dapat terjadi, pendapatan terealisasi sebelum terbentuk. Kam mengemukakan kriteria pengakuan secara lebih teknis. Pendapatan baru dapat diakui jika dipenuhi syarat – syarat berikut :
  1. kerukuran nilai aset
  2. adanya suatu tnasaksi




Bab 9
Biaya

Pengertian biaya idak dapat dipisahkan dengan pengertian kos dan asset dan juga rugi. Embahasan tersebut hanya menyebutkan bahwa bila kos tidak memenuhi definisi asset(dapat ditangguhkan pembebanannya terhadap pendapatannya). APB selanjutnya bahwa seperti pendapatan, biaya timbul hanya dalam kaitannya dengan kegiatan penciptaan laba yang mengakibatkan perubahan ekuitas., dilain pihak, timbulnya kewajiban untuk pembelian asset bukan merupakan biaya karena ekuitas tidak dapat berubah pada saat pembelian tersebut.
Untuk dapat mengatakan bahwa biaya timbul harus terjadi transaksi atau kejadian yang menurunkan asset atau meimbulkan aliran keluar asset atau sumber ekonomik. Asset dalam hal ini harus diartikan sebagai sumber semua asset perusahaan sebagai satu kesatuan. Dengan demikian, konsumsi atau pemakaian asset atau manfaat ekonomik harus diartikan bahwa manfaat ekonomik asset telah habis karena melekat pada barang atau jasa yang telah diserahkan dari kesatuan usaha sehingga kesatuan usaha tidak menguasai lagi manfaat tersebut.
Tidak semua penurunan atau konsumsi asset membentuk biaya. Yang dimaksud dengan kegiatan utama adalah  kegiatan penciptaan pendapatran yang direpresentasi dalam kegiatan memproduksi/mengirim barang atau menyerahkan/melaksanakan jasa. Semua badan autoritatif mendefinisi biaya tidak hanya dari sudut penurunan asset tetapi juga dari kenaikan kewajiban. Alasanya adalah agar makna biaya cukup luas untuk mencapai pula pos-pos yang timbul dalam penyesuaian akhir tahun. Gagasan Kam justru relevan untuk mendukung pendefinisian biaya sebagai kenaikan kewajiban. Bila barang dan jasa telah dimanfatkan oleh perusahaan tetapi perusahaan tidak mengakuinya sebagai asset sebelumnya atau perusahaan belum mengakui kewajiban atas penggunaan barang dan jasa yang dikuasai pihak lain. Definisi APB dan IAI secara explisitr menyebutkan bahwa penurunan asset akhirnya akan mengubah ekuitas atau menurunkan ekuitas. Pendefinisin ini sebenarnya menegaskan bahwa akuntansi menganut konsep kesatuan usaha sehingga ekuitas secara konseptual adalah utang perusahaan kepada pemilik. Walaupun demikian penurunan kuitas lebih menegaskan pengertian biaya karena tidak setiap penurunan asset mengakibatkan penurunan ekuitas. Pendefinisian biaya oleh FASB sebagai aliran keluar asset atau pemanfaatan asset tidak secara tegas membatasi apakah aliran atau pemanfaatan tersebut bersifat fisis atau moneter. Secara semantic biaya seharusnya didefinisi sebgai perubahan atau penurunan nilai sehingga timbulnya biaya harus merupakan kejadian moneter. Oleh karena itu definisi APB, IAI dan sumber lainnya memasukkan pengukuran secara moneter penurunan tersebut. Definisi Kam dilandasi oleh pemikiran bahwa biaya merupakan kejadian moneter yaitu perubahan nilai asset, kewajiban, atau ekuitas. Niali ini diukur dengan kos barang dan jasa yang dapat dikuasai dan dimanfaatkan kesatuan usaha melalui penyerahan asset, penimbulan kewajiban, dan peningkatan ekuitas. Keunggulan defini kam disbanding FASB adalah emasukkan periode sekarang sebagai wadah atau takaran untuk menghubungkan pendapatan dengan biaya. Untuk dapat disebut sebagai biaya, pemanfaatan barang dan jasa harus dikaitkan dengan periode khususnya periode untuk menakar pendapatan. Dengan demikian konsep penandingan secara jelas terkandung dalam definisi biaya oleh Kam. Defnisi FASB sama sekali tidak menunjukkan secara explicit asosiasi antara pendapatan dan biaya. FASB memfokuskan pengertian biaya hanya untuk penurunan asset yang berkaitan dengan operasi utama atau sentral. Namun tidak berarti bahwa penurunan asset yang tidak berkaitan dengan operasi utama lalu diklasifikasi menjadi non operasi. Sebagai lawan makna untung, kata-kata kunci yang melekat pada pengertian rugi adalah:
a.  Penurunan akuitas
b.  Transaksi peripheral atau incidental
c.  Selain apa yang didefinisi sebagai biaya atau selain distribusi ke pemilik.
Rugi perlu didefinisi sebagai elemn dan dibedakan dengan biaya oleh FASB karena sifat terjadinya sebagaimana disebut dalam karakteristik. Untuk disebut rugi, kejadian yang menimbulkan harus peripheral atau insedential atau diluar kendali manajemen.
Empat sumber rugi yang diidentifikasi FASB adalah
a.  Peripheral dan incidental
b.  Transfer nontimbal-balik
c.  Penahanan asset
d.  Factor lingkungan
Kos yang telah dikorbankan tetapi tidak ada imbalan barang atau jasa yang diterima tidak dapat dianggap sebagai rugi begitu saja. Mungkin dari kondisi lingkungan tertentu kos tersebut dapat dianggap rugi, tetapi tidaklah demikian kalau dipandang dari sudut kondisi perusahan dalam lingkungan ekonomi dan social yang lain tempat perusahaan beroperasi. Pengakuan biaya tidak dibedakan dengan pengakuan rugi. Pengakuan menyangkut masalah criteria pengakuan pengakuan yaitu apa yang harus dipenuhi agar penurunan nilai asset yang memenuhi deinisi biaya atau rugi dapat diakui dan masalah saat pengakuan yaitu peristiwa atau kejadian apa yang menandai bahwa criteria pengakuan telah dipenuhi. Biaya atau rugi bila telah menjadi nyata atau jelas bahwa manfaat ekonomik masa dating suatu asset yang telah diakui sebelumnya telah berkurang atau lenyap atau bahwa kewajiban timbul atau bertambah tanpa adanya manfaat. Kaidah pengakuan diatas sebenarnya dilandasi oleh basis asosiasi yang oleh APB disebut sebagai prinsip pengakuan biaya pervasive atau luas.
Hal ini dinyatakan oleh APB sebagai berikut:
a.  Mengasosiasi sebab dan akibat
b.  Alokasi sistematik dan rasional
c.  Pengakuan segera
Beberapa sumber mendefinisikan biaya dalam kaitanya dengan pengertian kos karena memang biaya tidak dapat dipisahkan dengan kos. Perlu ditegaskan kembali bahwa kos adalah pengukur biaya atau biaya direpresentasi dengan kos sehingga secara teknis dan praktis biaya sering disebut kos saja.





BAB 10
LABA (INCOME)

            Makna Income dalam perpajakan adalah sebagai jumlah kotor sehingga diterjemahkan sebagai penghasilan sebagaimana digunakan dalam Standart Akuntansi Keuangan, sedangkan dalam Akuntansi istilah income adalah dimaknai sebagai jumlah bersih sehingga istilah laba lebih menggambarkan apa yang dimaksud dengan income. Dan lebih menunjuk pada konsep FASB.

Tujuan Pelaporan Laba
            Adalah laba yang merupakan selisih pengukuran pendapatan dan biaya secara akrual. Pendefisitan laba adalah sebagai pengukur kembalian atas investasi dari pada sekedar perubahan kas.
            Tujuan pelaporan laba diharapkan  dapat digunakan antara lain :
  1. Indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang diwujudkan dalam tingkat kembalian atas investasi
  2. Pengukur prestasi atau kinerja badan usaha dan manajemen
  3. Dasar penentuan besarnya pengenaan pajak
  4. Alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomik suatu negara
  5. Dasar penentuan dan penilaian kelayakan tarif dalam perusahaan publik
  6. Alat pengendalian terhadap debitor dalam kontrak utang
  7. Dasar kompensasi dan pembagian bonus
  8. Alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan
  9. Dasar pembagian dividen

Konsep Laba Konvensial
       Laba akuntansi mempunyai beberapa kelemahan :
  1. belum di definisi secara semantik dan jelas sehingga laba tersebut secara intuitif dan ekonomik bermakna
  2. Penyajian dan pengukuran laba masih difokuskan pada pemegang saham biasa residual
  3. Prinsip akuntansi berterima umum sebagai pedoman pengukuran laba masih memberi peluang untuk terjadinya ketatakuasaan antar perusahaan
  4. Karena didasarkan pada konsep kos historis, laba akuntansi secara umum belum memperhitungkan  pengaruh perubahan daya beli dan harga
  5. Dalam menilai kinerja perusahaan secara keseluruhan, investor dan kreditor memandang informasi selain laba akuntansi juga bermanfaat atau bahkan lebih bermanfaat sehingga ketepatan laba akuntansi belum menjadi tuntutan tang mendesak.
Atas dasar tujuan dan kelemahan laba akuntansi , ada dua aspek pokok teori laba yaitu :
    1. Interpretasi laba dan implikasinya dalam tiap tataran teori
    2. Lingkup laba atas dasar kegiatan operasi dan teori entitas.

Konsep Laba dalam Tataran Semantik
Pengukur kinerja
            Karena investor dan kreditor merupakan pihak yang dituju dalam pelaporan keuangan, dianggap bahwa mereka berkepentingan dalam informasi masa lalu untuk mengevaluasi prospek perusahaan dimasa datang.
Konfirmasi Harapan Investor
            Perekayasa pelaporan keuangan juga berusaha menyediakan informasi untuk meyakinkan bahwa harapan-harapan investor  atau pemakai lainnya dimasa lalu tentang kinerja perusahaan memang terealisasi.
Estimator Laba Ekonomik
            Akuntansi menganut asa akrual untuk mendapatkan suatu angka yang lebih bermakna secara ekonomik daripada sekedar kenaikan atau penurunan kas dalam suatu periode. Oleh karena itu, laba akuntansi didasarkan pada data yang telah terjadi bukan data hipotesis yang dapat berupa kos  kesempatan jangka panjang dan bukan penialaian ekonomik jangka pendek.

Makna Laba
Laba secara konseptual mempunyai karakteristik umum sebagai berikut :
  1. Kenaikan kemakmuran yang dimiliki atau dikuasai suatu entitas
  2. Perubahan terjadi dalam suatu kurun waktu sehingga harus diidentifikasi kemakmuran awal dan kemakmuran akhir
  3. Perubahan dapat  dinikmati, di distribusi atau ditarik oleh entitas yang menguasai kemakmuran asalkan kemakmuran awal dipertahankan.

Laba dan Kapital
Konsep Pemertahanan Kapital
            Konsep ini dilandasi oleh gagasan bahwa entitas berhak mendapatkan kembalian/ imbalan atau return dan menikmati iya setelah kapital dipertahankan keutuhannya atau pulih seperti sedia kala.
Konsep Laba dalam Tataran Semantik
       Konsep ini harus dirasionalkan dalam bentuk standar dan prosedur akuntansi yang objektif sehingga angka laba dapat diukur dan disajikan dalam statemen  keuangan Terdapat dua kriteria atau pendekatan dalam pengukuran laba yaitu :
  1. Pendekatan transaksi
  2. Pendekatan kegiatan
Pengukuran atau Penilaian Kapital      
            Pengukuran kapital pada dua titik waktu menimbulkan masalah konsep tual karena dengan berjalannya waktu beberapa hal yang bersifat ekonomik berubah dan harus dipertimbangkan  yaitu unit atau skala pengukur dan dasar pengukuran.
Jenis Kapital :
  1. Kapital Finansial
Adalah klaim dipandang dari jumlah rupiah atau nilai yang melekat padanya tanpa memperhatikan wujud fisis klaim tersebut.
  1. Kapital Fisis
Adalah sumber ekonomik yang dikuasai oleh entitas yang dipandang atau dimaknai sebagai kapasitas produksi fisis yaitu kemampuan menghasilkan  baranh dan jasa.
Skala Pengukuran:
  1. Skala Nominal
Adalah satuan rupiah sebagaimana telah terjadi tanpa memperhatikan perubahan daya beli dengan berjalannya waktu akibat perubahan kondisi ekonomik.
2.  Skala daya beli
Skala daya beli atau lebih tepatnya skala rupiah daya beli atau skala daya beli konstan merupakan skala untuk mengatasi kelemahan skala  rupiah nominal.
Dasar atau Atribut pengukuran:
  1. Kos Historis
Merupakan jumlah rupiah sepakatan atau harga pertukaran yang telah tercatat dalam sistem pembukuan.
  1. Kos sekarang
Menunjukkan jumlah rupiah harga pertukaran atau kesepakatan yang diperlukan sekarang oleh unit usaha untuk memperoleh aset yang sama jenis dan kondisinya atau penggantinya yang setara.
Pengukuran Laba dengan Mempertahankan kapital
      Berbagai pendekatan penilaian kapital dan implikasinya terhadap penentuan laba antara lain adalah :
  1. Kapitalisasi aliran kas harapan
  2. Penilaian pasar atas aset bersih perusahaan
  3. Setara Kas sekarang
  4. Harga masukan historis
  5. Harga masukan sekarang
  6. Pembertahanan daya beli konstan
Laba dan teori entitas
            Teori entitas atau ekuitas yang banyak dibahas dalam literatur teori akuntansi adalah :
  1. entitas usaha bersama
  2. entitas usaha atau bisnis
  3. entitas investor
  4. entitas pemilik
  5. entitas pemilik residual
  6. entitas pengendali
  7. entitas dana









Bab 11
E K U I T A S

PENGERTIAN
Dalam kerangka dasar Standart Akuntansi Keuangan  (2002) misalnya Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) mandefinisi ekuitas sebagai berikut :
Ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban.

KOMPONEN EKUITAS PEMEGANG SAHAM
            Dari segi riwayat terjadinya dan sumbernya, ekuitas pemegang saham diklasifikasi atas dasar dua komponen penting yaitu modal setoran dn laba ditahan. Modal setoran dipecah menjadi modal saham sebagai modal yuiridis dan modal setoran tambahan dan komponen lain yang merefleksi transaksi pemilik.

Ekuitas Pemegang Saham dan Komponennya
Modal Setoran
  1. Modal Yuridis
  2. Modal Setoran Lain

Modal Bentukan atau Laba Ditahan
  • Laba atau rugi (dari statement laba rugi)
  • Dividen
  • Rekapitalisasi
  • Defisit
  • Koreksi
  • Perubahan akuntansi

Keterangan :
Ø       Tujuan Penyajian Ekuitas
            Pengungkapan informasi ekuitas pemegang saham akan sangat dipengaruhi oleh tujuan penyajian informasi tersebut kepada pemakai statement keuangan. Pada umumnya, tujuan pelaporan informasi ekuitas pemegang saham adalah menyediakan informasi kepada yang berkepentingan tentang efesiensi dan kepengurusan manajemen.
Untuk memenuhi tujuan tersebut, informasi yang harus disampaikan tentang ekuitas pemegang saham tersebut minimal adalah :
1.   Sumber ekuitas pemegang saham beserta riwayatnya.
2.   Peraturan yuridis yang membatasi pembagian dividen dan pengambilan modal setoran kepada pemegang saham.
3.   Prioritas beberapa golongan pemegang saham atau pemegang ekuitas lainnya.

Ø       Pembedaan Modal Setoran dan Laba Ditahan
            Laba ditahan pada dasarnya terbentuk dari akumulasi laba yang dipindahkan dari akun ikhtisar laba rugi. Begitu saldo laba ditutup ke laba ditahan, sebenarnya saldo laba tersebut telah lebur menjadi elemen modal pemegang saham yang sah. Dengan demikian untuk mengukur seluiruh hak pemegang saham atas asset, laba ditahan harus digabungkan dengan modal setoran.
            Pembedaan antara dua bagian elemen ekuitas pemegang sangat penting, Dari segi administrasi keuangan, laba ditahan merupakan indicator daya melaba sehingga laba ditahan harus selalu dipisahkan dengan modal setoran meskipun jumlahnya akhirnya ditotal untuk membentuk ekuitas pemegang saham. Pembedaan ini juga sangat penting secara yuridis karena modal setoran merupakan dana dasar yang harus tetap dipertahankan untuk menunjukkan perlindungan bagi pihak lain. Dana ini hanya dapat ditarik kembali dalam likuidasi atau dalam keadaan luar biasa lainnya.Sementara itu, laba ditahan adalah jumlah rupiah yang secara yuridis dapat digunakan untuk pembagian dividen.

Ø    Modal Yuridis
            Modal yuridis timbul karena ketentuan hukum yang mengharuskan bahwa harus ada sejumlah rupiah yang harus dipertahankan dalam rangka perlindungan rehadap pihak lain. Bentuk ketentuan hukum ini adalahbahwa saham harus mempunyai nilai nominal atau nilai minimum yang dinyatakan untuk menunjukkan hak yuridis. Modal yuridis  merupakan jumlah rupiah “minimal” yang harus disetor oleh investor sehingga membentuk modal yuridis.

Ø  Modal Setoran Lain
            Transfer dari modal setoran ke laba ditahan tanpa alasan yang kuat adalah penyimpangan dari penalaran yang valid. Ini berarti bahwa modal tidak dapat digunakan sebagao sumber laba ditahan. Demikian juga, tidak sebagianpun dari jumlah rupiah laba ditahan dapat dimasukkan sebagai modal setoran kecuali jumlah rupiah tersebut telah diubah menjadi modal dengan proses kapitalisasi yuridis atau telah berubah karena transaksi modal yang dibahas dibawah ini.
Perubahan modal setoran    
1.     Pemesanan saham
2.    Obligasi terkonversi atau berhak-tukar.
3.    Saham istimewa terkonversi atau berhak-tukar,
4.    Dividen saham.
5.    Hak beli saham.
6.    Opsi saham.
7.    Waran.
8.    Saham treasuri.

Ø       Perubahan Laba Ditahan
      Terdapat beberapa hal lain yang dapat menyebabkan laba ditahan dalam satu periode berubah selain karena transaksi modal tetapi karena transaksi khusus yaitu :
1.     Penyesuaian periode-lalu.
2.    Koreksi kesalahan dalam laporan keuangan sebelumnya.
3.    Pengaruh perubahan akuntansi.
4.    Kuasi-reorganisasi.
            Kuasi-organisasi merupkan prosedur akuntansi yang mengatur perusahaan untuk merestrukturisasi  ekuitasnya dengan menghilangkan defisit dan menilai kembali seluruh asset dan kewajibannya tanpa melalui reorganisasi secara hukum.

Ø       Penyajian Modal Pemegang Saham
            Urutan penyajian kewajiban dan modal pemegang saham dalam neraca sebenarnya menggambarkan urutan perlindungan dalam kondisi perusahaan yang mengalami defisit dan dalm kondisi perusahaan dilikuidasi.
Dalam terjadi defisit, urutan penyajian menggambarkan :
1.     Urutan penyerapan rugi.
2.    Urutan menerima distribusi asset.
      Ditinjau dari segi ini, urutan perlindungan dapat dikemukakan sbagai berikut :
·         Karyawan dan pemerintah.
·         Kreditor berjaminan.
·         Kreditor takberjaminan.
·         Pemegang saham prioritas.
·         Pemegang saham biasa.
Ø       Perincian Laba Ditahan
            Bila komponen-komponen tertentu yang berasal dari transaksi operasi dilaporkan langsung ke laba ditahan, laba ditahan dapat disajikan dan dirinci atas dasar :
1.     Perincian atas dasar sumber.
2.    Perincian atas dasar tujuan penggunaan.

Ø       Laba Komprehensif
            Masalah teoritis dalam hal ini adalah pos-pos mana saja yang disajikan melalui statement laba rugi dan pos-pos mana saja yang dilaporkan melalui statement laba ditahan.Dalam hal ini, ada 2 pendekatan yang dapat dianut yaitu :

1.     Laba kinerja sekarang.
2.    Laba semua-termasuk







Bab 12
PENGUNGKAPAN dan SARANA ITERPRETIF

PENGUNGKAPAN
            Secara konseptual, pengungkapan merupakan bagian integral dari pelaporan keuangan. Secara teknis, pengungkapan merupakan langkah akhir dalam proses akuntansi yaitu penyajian informasi dalam bentuk seperangkat penuh statement keuangan.

Fungsi dan Tujuan Pengungkapan
         Secara umum, tujuan pengungkapan adalah menyajikan informasi yang dipandang perlu untuk mencapai tujuan pelaporan keuangan dan untuk melayani berbagai pihak yang mempunyai kepentingan berbeda-beda.
Pasar modal merupakan sarana utama pemenuhan dana dari masyarakat, pengungkapan dapat diwajibkan untuk :
1.     Tujuan melindungi.
Dilandasi oleh gagasan bahwa tidak semua pemakai cukup canggih sehingga pemakai yang naïf perlu dilindungi dengan mengungkapkan informasi yang mereka tidak mungkin memperolehnya atau tidak mungkin mengolah informasi untuk menangkap substansi ekonomik yang melandasi suatu  pos statement keuangan.   
2.    Tujuan informatif.
      Dilandasi oleh gagasan bahwa pemakai yang dituju sudah jelas dengan tingkat kecanggihan tertentu.
3.    Tujuan kebutuhan khusus.
      Merupakan gabungan dari tujuan perlindungan publik dan tujuan informatif.

Keluasan dan Kerincian Pengungkapan
            Hal ini berkaitan dengan masalah seberapa banyak informasi harus diungkapkan yang disebut dengan tingkat pengungkapan. Tingkat ini mempunyai implikasi terhadap apa yang harus diungkapkan.

Kendala Pengungkapan
            Berbagai hal menjadi pertimbangan penyusun standart atau badan pengawas untuk menentukan seberapa banyak informasi harus diungkapkan. Berikut ini adalah beberapa hal yang harus dipertimbangkan atau menjadi kendala dalam pengungkapan. Kendala pada umumnya timbul dari kaca mata perusahaan.

Pengungkapan Wajib dan Sukarela
            Adalah pengungkapan yang dilakukan perusahaan di luar apa yang diwajibkan oleh standar akuntansi atau peraturan badan pengawas


Regulasi Pengungkapan
            Mempercayakan pengungkapan sepenuhnya kepada manajemen sama saja dengan menyerahkan penyediaan informasi kepada pasar. Beberapa argumen mendukung perlunya regulasi dalam penyediaan informasi.
Alasan tersebut adalah :
1.     Penyalahgunaan.
2.    Eksternalitas.
3.    Asimetri informasi.
4.    Keengganan manajemen.

Metode Pengungkapan
            Metode pengungkapan berkaitan dengan masalah bagaimana secara teknis informasi disajikan kepada pemakai dalam satu perangkat statemen keuangan beserta informasi lain yang berpaut.
Informasi dapat disajikan dalam pelaporan keuangan sebagai antara lain :
1.     Pos statemen keuangan.
      Informasi keuangan dapat diungkapkan melalui statemen keuangan dalam bentuk pos atau elemen statemen keuangan sesuai dengan standart tentang definisi, pengukuran, penilaian, dan penyajian.
2.    Catatan kaki.
      Merupakan metode pengungkapan untuk informasi yang tidak praktis atau tidak memenuhi kriteria untuk disajikan dalam bentuk pos atau elemen statemen keuangan.
3.    Penggunaan istilah teknis.
      Istilah teknis dan strategik merupakan bagian dari pengungkapan. Oleh karena itu, istilah yang tepat harus digunakan secara konsisten untuk nama pos, elemen, judul, atau subjudul.
4.    Penjelasan dalam kurung.
      Penjelasan singkat berbentuk tanda kurung mengikuti suatu pos dapt dijadikan cara untuk mengungkapkan informasi.
5.    Lampiran.
6.    Penjelasan auditor dalam laporan auditor dan komunikasi manajemen dalam bentuk surat atau pernyataan resmi.
Pengungkapan yang dibahas di atas adalah pengungkapan oleh manajemen lebih dari apa yang dapat disampaikan melalui seperangkat penuh statemen keuangan.

SARANA INTERPRETIF
Kos dan Nilai
            Dalam kondisiyang normal kos yang terjadi dapat dianggap menyatakan nilai pasar suatu sumber ekonomik pada saat dibeli atau diperoleh. Nilai adalah persepsi orang terhadap manfaat atau utilitas suatu objek yang dinyatakan dalam satuan pengukur. Pada mulanya kos dan nilai adalah identik.

Argumen Pendukung
            Argumen utama pendukung gagasan tersebut adalah keberpautan keputusan sebagai salah satu kualitas informasi baik untuk kepentingan manajemen maupun pihak luar.
Argumen Penyanggah
            Tujuan utama akuntansi adalah pengukuran laba periodic dengan menggunakan proses menandingkan kos dan pendapatan secara sistematik. Penggantian jumlah rupiah tercatat (kos)dan faktor-faktor jasa dengan taksiran nilai pasar yang berlaku sekarang tidak dapat didukung atas dasar argument-argument berikut ini :
1.     Keterandalan data.
2.    Saling Kompensasi antarperioda.
3.    Fluktuasi nilai merupakan gejala umum.
4.    Nilai pasar dan posisi keuangan.
5.    Simpulan
    









Bab 13
AKUNTANSI Untuk PERUBAHAN HARGA

RERANGKA AKUNTANSI POKOK
       Telah dibahas di bab sebelum ini bahwa akuntansi harus mempunyai rerangka akuntansi pokok untuk memproses data dasar. Data dasar harus dipertahankan keutuhan atau integritasnya untuk merunut dengan seksama riwayat transaksi. Rerangka akuntansi pokok akan menghasilkan statement keuangan dasar.

Masalah Akuntansi
            Sebagai data dasar, dalam kondisi perubahan harga akuntansi kos hitoris menghadapi tiga masalah fundamental yang berkaitan dengan :
1.     Masalah penilaian.
      Nilai aset individual atau spesifik akan berubah kalau dibandingkan dengan aset tertentu yang lain meskipun daya beli uang tidak berubah.
2.    Masalah unit pengukur.
      Daya beli uang dapat berubah sehingga unit moneter sebagi pengukur niali tidak bersifat homogenus lagi kalau dikaitkan dengan waktu.
3.    Masalah pemertahanan capital
      Dalam konsep ini, laba adalah kenaikan kapital dalam suatu periode yang dapat di distribusi atau dinikmati setelah kapital awal dipertahankan.

Pos-pos Moneter dan Nonmoneter
Pos-pos moneter
            Terdiri atas :
1.     Aset moneter.
            Adalah klaim untuk menerima kas di masa mendatang dengan jumlah dan saat yang pasti tanpa mengaitkannya dengan harga masa datang barang dan jasa tertentu.

2.     Kewajiban moneter.
                  Adalah keharusan untuk membayar hutang di masa mendatang dengan jumlah dan saat pembayaran yang sudah pasti.

Pos-pos nonmoneter
            Terdiri atas :
1.     Aset nonmoneter
                        Adalah aset yang mengandung jumlah rupiah yang menunjukkan nilai dan nilai tersebut berubah-ubah dengan berjalannya waktu atau aset yang merupakan klaim untuk menerima potensi jasa atau manfaat fisis tanpa memperhatikan perubahan daya beli.
2.    Kewajiban nonmoneter
                  Adalah keharusan untuk menyerahkan barang dan jasa atau potensi jasa lainnya dengan kuantitas tertentu tanpa memperhatikan daya beli atau perubahan nilai barang atau potensi jasa tersebut pada saat diserahkan.
           
Perubahan Harga
            Adalah perbedaan jumlah rupiah untuk memperoleh barang atau jasa yang sama pada waktu yang berbeda dalam pasar yang sama (masukan dan keluaran).
Ditinjau dari karakteristik perubahan harga barang dan jasa, ada 3 jenis perubahan harga yaitu :
1.     Perubahan harga umum.
·         Inflasi dan daya beli uang.
·         Implikasi akuntansi.
·         Interpretasi untung/rugi daya beli.
2.    Perubahan harga spesifik.
·         Implikasi akuntansi.
·         Interpretasi untung/rugi penahanan.
3.    Perubahan harga relatif.
            Tiga model akuntansi perubahan harga yang utama yaitu :
·         Akuntansi daya beli konstan.
      Tujuannya adalah mempertahankan capital atas dasar daya beli. Dengan daya beli sebagai basis pengukuran, diharapkan perusahaan mampu mempertahankan sumber ekonomiknya untuk membeli barang dan jasa dan berlangsung terus dalam suatu kondisi perekonomian tertentu.
·         Akuntansi kos sekarang
Tujuannya adalah mengukur laba suatu periode dengan mempertahankan capital semula. Dalam kaitannya dengan akuntansi kos sekarang dalam arti luas adalah kos pengganti (masukan), nilai jual sekarang (keluaran), dan nilai terealisasi harapan (keluaran).
·         Akuntansi hibrida
Bila kos sekarang menggunakan kos pengganti sebagai basis penilaian hibrida ini disebut akuntansi kos sekarang/daya beli konsta. Untuk selanjutnya istilah kos sekarang diartikan secara sempit sebagai kos pengganti.